BANTENRAYA.COM – Sebanyak 15.000 kepala keluarga (KK) asli Banten melakukan transmigrasi ke luar daerah Banten.
Belasa ribu KK tersebut melakukan transmigrasi dikarenakan untuk mengejar taraf hidup yang lebih layak dibanding di tanah asal mereka.
Kepala Disnakertrans Provinsi Banten Septo Kalnadi mengatakan, berdasarkan data yang tercatat di Disnakertrans ada sekitar 15.000 KK melakukan transmigrasi sejak 10 tahun terakhir.
Baca Juga: Tak Bisa Pasang APK Sembarang! KPU Kota Serang Tentukan Lokasi Pemasangan Pemilu 2024, Cek di Sini
“Sejak 10 tahun terakhir itu kita mencatat sudah ada 15 ribu kepala keluarga yang melakukan transmigrasi, mereka menyebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,” ujarnya
“Rata-rata mereka yang melakukan transmigrasi itu karena di sini mereka tidak punya tempat tinggal, tidak punya penghasilan,” kata Septo kepada wartawan, Rabu 22 November 2023.
Ia mengatakan, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah masyarakat yang bertransmigrasi semakin mengecil.
Baca Juga: Penetapan Lokasi Kampanye di Kota Cilegon Masih Tarik Ulur, Baru Disepakati 7 Titik
Hal tersebut dikarenakan jumlah dana alokasi yang diberikan Pemerintah Pusat untuk modal awal para transmigran di tempat barunya ke Pemprov Banten juga berkurang.
“Tiap tahunnya dalam dua tahun terakhir ini mengecil, karena memang alokasi dana dari sana (kementerian-red) ke kitanya juga kecil,” ungkapnya.
“Tahun ini tercatat ada tujuh KK, tahun lalu (2022) ada 10 KK, tahun depan kita belum tahu ni, tergantung dari alokasi yang diberikan aja,” jelasnya.
Baca Juga: XL Axiata Klaim Kantongi Laba Bersih Rp 1,02 Triliun Hingga Kuartal III 2023
Septo menerangkan, para transmigran berasal dari sejumlah wilayah di Provinsi Banten.
Mereka diberikan lahan seluas 0,5 hektare untuk tempat tinggal di daerah tujuan, dan satu setengah hektar lahan untuk digunakan sebagai lahan produksi yang menghasilkan.
“Mereka menyebar lah, ada yang dari Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Tangerang, Lebak, seputaran itu, bahkan ada yang dari Kota Serang.
Baca Juga: Sama-sama Dirayakan 25 November, Apa Perbedaan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI?
“Mereka di sana diberikan lahan dua hektar, 500 untuk tempat tinggal, 1.500 untuk lahan produktif. Semua pembiayaan itu murni dari APBN,” terangnya.
“Dan rata-rata mereka pada berhasil, ada yang produksi sayur-sayuran, kemudian aja juga vanilla, ada bahan baku minyak kayu putih, macam-macam,” katanya.
“Rata-rata mereka kalo ke sini lagi (Banten-red) itu seperti liburan,” tambahnya.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Terbaik di Lebak yang Terkenal Sangat Indah, Bukan Hanya Desa Adat Baduy Saja Lho
Septo mengatakan, pihaknya kerap mendapatkan cerita bahagia akan keberhasilan dari para transmigran asal Banten yang taraf hidupnya menjadi berubah. Akan tetapi, tak jarang dirinya juga mendapat cerita gagal atau sedih.
“Ya macam-macam, ada yang bahagia, ada yang sedih. Tapi dominan mereka berhasil,” tuturnya. ***