BANTENRAYA.COM – Para narapidana (napi) di Lapas Klas 1 Tangerang atau Lapas Tangerang masih trauma dengan kejadian kebakaran yang terjadi Rabu 8 September 2021 lalu, terutama napi yang ada di Blok C.
Salah satu napi berinisial H mengaku pasca kejadian ia tak bisa tidur.
Terlebih, ia pernah merasa salah satu korban meninggal yang merupakan temannya menghampiri dirinya beberapa hari pasca kejadian.
Baca Juga: ATM Bank BRI Dibobol, Uang Rp304 Juta Raib, Ini Jejak yang Ditinggalkan Pelaku..
“Mungkin karena saya kepikiran dan mengingat-ngingat dia, jadi saya merasa dia datang ke saya. Tapi kalau sekarang, yang saya rasa lebih ke ingin suasana yang ramai, tidak mau sepi,” kata H usai mendapatkan pelayanan trauma healing dari Dinkes Kota Tangerang, Kamis 16 September 2021.
“Jadi pelayanan kesehatan seperti ini saya rasa, saya membutuhkannya untuk saya mengetahui kejiwaan saya,” tuturnya.
Napi berinisial P juga mengaku lebih susah tidur, dan sering teringat-ingat sederet kejadian kebakaran pada malam itu.
Baca Juga: 7 Tahun Ditinggal Enji, Ayu Ting Ting Belum Temukan Lelaki yang Tepat
“Cukup butuh juga penanganan dokter seperti ini. Seperti tadi kan ditanya, apa yang dirasa, keluhannya apa dana apa yang mengganggu. Jadi buat saya butuh, supaya saya bisa mengungkapkan perasaan saya, jadi lebih lega,” ungkap napi Blok C1 ini.
Pelayanan kesehatan jiwa yang dilakukan Dinkes Kota Tangerang diikuti puluhan narapidana khususnya napi blok C, yang mengalami langsung kejadian yang menewaskan 49 napi ini.
Indri Bevy, Kepala Bidang P2P Dinkes Kota Tangerang mengungkapkan program trauma healing digelar sejak Selasa (14/9) hingga Jumat (17/9) bersama RSUD Kota Tangerang dan Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI).
Baca Juga: Susi Pujiastuti Seumur Hidup Tidak Pernah Minum Obat Jika Sakit, Ternyata Ini Rahasianya..
Trauma Healing saat ini difokuskan pada para napi, dan nanti dilanjutkan ke petugas yang bertugas saat kejadi.
Ia menjelaskan, sejak hari kedua insiden kebakaran terjadi, tim Dinkes sudah turun untuk melakukan pendekatan, penenangan dan pendalaman terkait sejauh apa gangguan psikis atau mental yang diderita korban selamat Blok C.
Begitu juga dengan mereka blok tetangga yang sekadar mendengar atau melihat proses kejadian.
Baca Juga: Modal Mobil Rental, Pemuda Pengangguran Ini Tiduri Puluhan Janda Muda Bahenol
“Sebelum para napi bertemu dokter, Dinkes telah menyebar kuesioner dengan 29 poin pertanyaan. Hasilnya, baru ditentukan mereka membutuhkan penanganan psikiater atau psikolog dengan berbagai status traumanya,” papar Bevy.
Kabid Pelayanan Medis dan Keperawatan RSUD Kota Tangerang Amir Ali mengungkapkan hasil kuesioner para napi banyak yang mengalami kecemasan dan kesulitan tidur.
“Maka, pada trauma healing ini belasan dokter psikiater dan psikolog diturunkan. Melakukan terapi kejiwaan dan terapi pengobatan. Sejauh ini belum ada yang naik pada tahap rujukan,” ungkap dr Amir.
Baca Juga: Dari Video Santri Tutup Telinga, Muncul Seruan Unsubscribe Deddy Corbuzier
Pada proses terapi, kata dr Amir dilakukan secara person to person sehingga sampai saat ini baru sekitar 83 napi yang ditangani.
“Angka ini masih akan terus bertambah. Jika trauma healing seperti ini tidak dilakukan tidak menutup kemungkinan, para napi dapat mengalami kecemasan yang lebih dalam atau depresi yang mendalam,” katanya.
Lanjutnya, jika empat hari trauma healing ini selesai, trapi rutin akan dilakukan jajaran dokter Kemenkumham.
Baca Juga: Berapa Insentif yang Didapatkan dari Kartu Prakerja Gelombang 21? Ini Bocorannya..
“Kami Dinkes dan pihak RSUD bersiap untuk kesiapan obat-obatan dan menerima napi yang sekiranya membutuhkan penanganan rujukan yang lebih mendalam,” tegas dr Amir. ***