BANTENRAYA.COM- Meninggalnya seorang wanita bernama Mahsa Amini menuai banyak kecaman dari berbagai kalangan termasuk politisi dan HAM.
Mahsa Amini, yang meninggal di rumah sakit pada 16 September, 3 hari setelah dia ditangkap dan dilaporkan dipukuli oleh polisi moral di Teheran.
Pasalnya, ia ditangkap karena gagal memenuhi aturan ketat negara yang dikatakan pemerintahan diktator tersebut tentang pakaian wanita.
Berita itu muncul beberapa minggu setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi menggelorakan tindakan keras terhadap hak-hak perempuan dan menyerukan penegakan yang lebih ketat terhadap aturan berpakaian.
Sebelumnya, ada aturan wajib yang mengharuskan seluruh wanita mengenakan jilbab sejak revolusi Islam 1979.
Dikutip Bantenraya.com dari berbagai sumber, keluarga Amini diberitahu bahwa ia telah dibawa ke rumah sakit beberapa jam setelah penangkapannya.
Amini kemudian dipindahkan ke unit perawatan intensif di rumah sakit Kasra.
Berdasarkan Hrana, organisasi hak asasi manusia (HAM) Iran, keluarga Amini diberitahu bahwa ia akan dibebaskan setelah ‘sesi pendidikan ulang’.
Didalam keterangan seorang saksi mata, setelah ditangkap polisi moral, Mahsa Amini dipukuli di dalam mobil polisi.
Baca Juga: Realme C33 Meluncur dengan Harga Rp1 Jutaan, Kamera 50MP, Baterai 5000 MAH dan Desain Mirip iPhone
Namun, polisi membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan, Mahsa Amini menderita serangan jantung.
Namun, keluarga Mahsa Amini membantahnya dan mengatakan bahwa ia merupakan wanita sehat dan tidak mengidap masalah kesehatan apa pun.
Menurut keluarganya, Mahsa Amini mengalami koma setelah tiba di rumah sakit dan diinformasikan oleh pihak rumah sakit bahwa Amini mengalami kematian otak.
Sebelumnya, Raisi menandatangani dekrit pada 15 Agustus 2022, yang melarang pakaian terbuka bagi wanita dan menetapkan hukuman yang lebih keras jika melanggar aturan, baik di hadapan umum maupun dunia maya.
Berita kematian Amini muncul di tengah tindakan keras terhadap hak-hak perempuan yang diatur oleh presiden negara itu, Ebrahim Raisi.
Kementerian Dalam Negeri dan jaksa Teheran kemudian menggelar penyelidikan atas kasus tersebut setelah ada perintah dari Presiden Raisi.
Baca Juga: Implementasikan Inpres Soal Kendaraan Listrik, Wagub Jakarta: Kami Siapkan 200 Unit di 2023
Sejumlah foto Amini yang terbaring di ranjang rumah sakit dalam keadaan koma dengan kepala yang dibalut perban dan tabung pernapasan di sampingnya pun telah beredar luas di media sosial.
Mahmoud Sadeghi, seorang politisi reformis dan mantan anggota parlemen meminta pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei untuk angkat bicara.
“Apa yang dikatakan pemimpin tertinggi, yang secara resmi mencela polisi Amerika Serikat (AS) atas kematian George Floyd, tentang perlakuan polisi terhadap Mahsa Amini?” ujar Sadeghi melalui cuitan Twitter.
Serangkaian protes pecah di Iran setelah meninggalnya Mahsa Amini itu, seperti protes sebelumnya, pihak berwenang Iran tampaknya telah membatasi akses internet.
Demonstran awalnya berkumpul di luar rumah sakit Kasra di Teheran, tempat Amini dirawat.
Kelompok hak asasi manusia melaporkan bahwa pasukan keamanan mengerahkan semprotan merica terhadap pengunjuk rasa dan beberapa ditangkap.
Baca Juga: BANJIR DIAMOND! Update Kode Redeem FF Free Fire 18 September 2022
Jenazah Amini kemudian diangkut ke provinsi asalnya di Kurdistan untuk dimakamkan, yang berlangsung pada pagi hari tanggal 17 September.
“Institusi keamanan memaksa keluarga Amini untuk mengadakan pemakaman tanpa upacara apapun untuk mencegah ketegangan,” kata Soma Rostami dari Hengaw, sebuah organisasi hak asasi manusia Kurdi.
Meskipun ada peringatan, ratusan orang dilaporkan berkumpul di kota asal Amini, Saqqez untuk pemakaman. Beberapa meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah seperti ‘matilah diktator’.
Baca Juga: TAMAT! Ending Big Mouth Episode 16: Akhir Kisah Park Chang Ho Sebagai Big Mouse
Organisasi masyarakat sipil Kurdi telah menyerukan pemogokan umum di seluruh Kurdistan.
Video pengunjuk rasa di Saqqez yang merobohkan poster pemimpin otoriter Iran, Ayatollah Khamenei, telah menyebar di media sosial.
Banyak nitizen juga berkomentar tentang kematian Amini itu di akun Twitter, ada yang menyebut Amini adalah korban kemunafikan berbalut agama.
Baca Juga: Komar Si Bebeb Segera Tampil di Preman Pensiun 6? Mat Drajat: Wayang Kumaha Dalang
” Korban kemunafikan berbalut agama. Agama yang disalahdisalahgunakan… atw agama yang sudah tidak berguna. .?,” Tulis nitizen, dikutip Bantenraya.com dari akun twitter @KoboiBengek
Sebelumnya, Amini mengunjungi Teheran bersama keluarganya pada 13 September ketika dia ditangkap oleh polisi moral karena diduga melanggar undang- undang jilbab ketat di negara itu .
Keluarganya diberitahu bahwa dia akan dibebaskan dari kantor polisi setelah ‘sesi pendidikan ulang’.***