BANTENRAYA.COM — Shalat Idul Fitri adalah shalat sunah yang dilakukan pada 1 Syawal atau setelah muslim selesai mengerjakan puasa selama Ramadhan.
Rasulullah SAW selalu mengerjakan shalat Idul Fitri sampai beliau wafat.
Pertanyaannya, bagaimana tata cara shalat Idul Fitri?
Berikut tata cara shalat Idul Fitri sebagaimana dikutip Banten raya.con dari laman NU.or.id.
Penjelasan ini bisa dijumpai antara lain di kitab Fashalatan karya Syekh KHR Asnawi, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama asal Kudus; atau
Musthafa al-Khin, Musthafa al-Bugha, dan ‘Ali asy-Asyarbaji menjelaskan tata cara shalat Idul Fitri dalam kitab al-Fiqh al-Manhajî ‘ala Madzhabil Imâm asy-Syâfi‘î (juz I).
1. Shalat Idul Fitri didahului dengan niat yang jika dilafalkan/ diucapkan dengan lisan akan berbunyi “ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini” (ditambah dengan kalimat) “imâman” kalau shalatnya sebagai imam atau ditambah kalimat “ma’mûman” kalau shalatnya sebagai makmum.
أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا /إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَــالَى
Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/ imam) karena Allah ta’ala.”
Baca Juga: Penumpang KRL Tanah Abang-Rangkasbitung Mulai Alami Peningkatan
Hukum pelafalan niat ini sunnah. Yang wajib adalah ada maksud atau niat yang secara sadar dan sengaja dalam batin bahwa seseorang akan menunaikan shalat sunnah Idul Fitri.
2. Takbiratul ihram atau mengucapkan Allahu akbar sebagaimana ketika shalat biasa.
Setelah membaca doa iftitah, disunnahkan takbir lagi hingga tujuh kali pada rakaat pertama.
Baca Juga: Pulang Salat Idul Fitri Disunahkan Mengambil Jalan Berbeda, Ini Hikmahnya
Di sela-sela tiap takbir itu dianjurkan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”
Atau boleh juga membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”
3. Membaca Surat al-Fatihah.
Setelah takbir tujuh kali maka tahap selanjutnya adalah membaca Surat al-Fatihah.
Ketika melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca Surat al-A’lâ.
Lalu berlanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.
4. Takbir sebanyak lima kali ketika rakaat kedua, seraya mengangkat tangan dan melafalkan “allâhu akbar” seperti sebelumnya.
Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua.
Kemudian baca Surat al-Fatihah, lalu Surat al-Ghâsyiyah.
Lalu llanjut ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
Sebagaimana diketahui, hukum takbir tambahan (lima kali pada pada rakaat kedua atau tujuh kali pada rakaat pertama) ini sunnah.
Sehingga apabila terjadi kelupaan mengerjakannya, tidak sampai menggugurkan keabsahan shalat id.
5. Mendengarkan khutbah Idul Fitri.
Setelah shalat diakhiri dengan salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah Idul Fitri terlebih dahulu hingga rampung.
Kecuali bila shalat Idul Fitri ditunaikan tidak secara berjamaah melainkan secara sendiri.
Hadits Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah mengungkapkan:
السنة أن يخطب الإمام في العيدين خطبتين يفصل بينهما بجلوس
Artinya: “Sunnah seorang Imam berkhutbah dua kali pada shalat hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), dan memisahkan kedua khutbah dengan duduk.” (HR Asy-Syafi’i).
Itulah tata cara shalat Idul Fitri dilengkapi lafal niat dan artinya. ***