BANTENRAYA.COM – Imam Bukhari lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H atau 21 Juli 810 M, di kota Bukhara, yang sekarang termasuk dalam daerah Uzbekistan.
Nama lengkap Imam Bukhari adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah al-Jafiy.
Sejak muda Imam Bukhari sudah menjadi yatim, ayahnya meninggal ketika Imam Bukhari usia lima tahun.
Sejak kematian ayahnya, Imam Bukahri dirawat dan diasuh oleh ibu yang sangat mencintainya.
Baca Juga: Daftar Tim Liga 3 yang Promosi ke Liga 2, Tak Ada Nama Farmel FC
Imam Bukhari saat kecil pernah mengalami kebutaan pada kedua matanya.
Namun berkat doa ibundanya yang tiada pernah putus, Allah memperkenan mengabulkan dan menyembuhkan kedua mata Imam Bukhari kecil.
Berkat rahmat yang Allah menyembuhkan matanya, Imam Bukhari menggunakan keajaiban tersebut untuk menghafal, menalaah, mengoreksi, dan menghimpun hadits-hadits yang ia hafal dan terima dari guru-gurunya dengan sungguh-sungguh.
Dikutip bantenraya.com dari buku Imam Bukhari Pemuncak Ilmu Hadis karya Zainal Abidin Ahmad menuliskan hafalan Imam Bukhari terkait hadits-hadits menyamai hafalannya Imam Ahmad bin Hambal.
Baca Juga: Menag Tegaskan MUI Hanya Ormas, Jadi Alasan Tak Lagi Kelola Label Halal
Imam Bukhari adalah manusia yang cerdas dan sungguh-sungguh dalam menekuni suatu bidang ilmu.
Sehingga ia menjadi pakar dalam bidang-bidang yang ia tekuni.
Imam Bukhari juga memiliki ingatan yang kuat sehingga mampu menghafal ribuan hadits baik dari sanad maupun matannya.
Tentang kekuatan hapalan Imam Bukhari ada sebuah cerita yang sangat mengagumkan.
Aliksah, kealiman Imam Bukhari dalam hadis terkenal di mana-mana, bahkan sampai ke telinga ulama-ulama senior pada masa itu.
Baca Juga: 12 Link Twibbon Hari Hak Konsumen Sedunia 15 Maret 2022, Unduh Secara Gratis
Ditantanglam Imam Bukhari oleh sepuluh Ulama ahli hadis untuk mengetes kekuataan hafalan dari Imam Bukhari.
Dari sepuluh ulama tersebut mengajukan masing-masing sepuluh hadiss kepada Imam Bukhari, jadi totalnya ada 100 hadits yang diajukan kepada Imam Bukhari.
Seratus hadis tersebut telah dibolak-balik, sanad dan matannya oleh sepuluh ulam yang mengetes Imam Bukhari.
Dengan tangkas, cerdas dan menakjubkan, Imam Bukhari mampu memperbaiki kesalahan dari sepuluh ulama yang mengetesnya, bahkan mampu menyebutkan kembali perkataan hadis yang sudah dibolak-balik oleh sepuluh ulama tersebut dengan jumlah keseluruhannya 100 hadits.
Dalam memburu ilmu, Imam Bukhari jagonya.
“Imam Bukhari rela berjalan kaki sejauh 1.000 farsakh atau setara dengan 8.000 KM hanya untuk mendengarkan dan mendapatkan satu buah hadis,” tulis Zainal Abidin Ahmad.
Sebagaimana keterangan Zainal Abidin Ahmad bahwa Imam Bukhari sudah memasuki daerah Syam, Mesir dan Jazirah tiap-tiapnya itu dua kali.
Baca Juga: Eksekusi 81 Orang, Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi: Kelompok Militan hingga Keyakinan Menyimpang
Lalu ke Basrah sampai 4 kali, menetap di Makkah dan Madinah selama enam tahun, dan tidak dihitung lagi berapa kali Imam Bukhari pulang pergi memasuki Kufah dan Baghdad untuk menemui guru-guru ahli hadits.
“Dalam hidupnya Imam Bukhari mencatat bahwa ia mempunya lebih dari seribu guru,” ujar Zainal.
Imam Bukhari pun saat ingin menuliskan satu hadits yang nanti akan dikumpulkan dan diberi nama kitabnya Jami’ Ash Shahih atau Shahih Bukhari, terlebih dahulu memulainya dengan mandi, berwudhu, dan shalat istikharah dua rakaat.
Setelah melaksanakan semuanya barulah Imam Bukhari menuliskan hadis tersebut.
Begitu pula dengan adab kepada perawi-perawi hadits yang terdapat celanya.
Imam Bukhari tidak mengungkapkan aib perawi tersebut.
Hanya mengatakan, perawi ini perlu dikoreksi lagi.
Itulah kehebatan dan kecemerlangan Imam Bukhari, pemuncak ilmu hadis yang dimiliki umat Islam.*