BANTENRAYA.COM – Republik Indonesia optimistis akan menjadi pemeran penting dalam penurunan emisi karbon dunia.
Presiden Jokowi memastikan Indonesia dapat memenuhi komitmen pada 2030 di dalam Paris Agreement.
Perjanjian itu adalah berupa pengurangan emisi sebesar 29 persen secara unconditional dalam perhelatan COP26 di Glasgow, Senin 1 November 2021. Indonesia ambil bagian di dalamnya.
Baca Juga: 3 Puisi Tema Perjuangan Karya Chairil Anwar, Pas Dibacakan Saat Hari Pahlawan 10 November
“Indonesia telah mengadopsi Strategi Jangka Panjang Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim 2050, serta road map yang detail untuk mencapai target net zero emission pada 2060 atau lebih awal,” ujar Presiden Jokowi.
Untuk bisa mempercepat target tersebut, Presiden Jokowi mengharapkan pendanaan adaptasi dari negara maju segera dipenuhi guna mempercepat upaya penanganan perubahan iklim.
“Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan langkah konkret dalam hal pengendalian iklim,” katanya.
Baca Juga: Didiagnosa Idap Kanker Prostat, SBY Pamit ke Presiden Jokowi Berobat ke Luar Negeri
“Laju deforestasi kita saat ini yang paling rendah selama 20 tahun, tingkat kebakaran hutan berkurang 82 persen. Indonesia juga akan melakukan restorasi sebesar 64 ribu hektare lahan mangrove,” ungkapnya.
“Ini sangat penting karena mangrove menyimpan karbon 3-4 kali lebih besar dibandingkan lahan gambut,” tambahnya.
PLN mendukung penuh program dekarbonisasi yang diusung pemerintah guna menghadirkan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Baca Juga: Minum Miras Itu Dilarang Agar Terhindar dari Keburukan, Ini Dalilnya
Mengingat saat ini, dengan menggunakan skenario business as usual (BAU), Indonesia diperkirakan memberikan kontribusi 4 miliar ton CO2 per tahun pada 2060 sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
“PLN memiliki peran penting dalam menggerakkan pertumbuhan energi hijau di Indonesia. Kami berkomitmen untuk melakukan dekarbonisasi,” ujar Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini.
Hal itu disampaikan dalam seri diskusi bertemakan Becoming the World’s Leader in Green Economy dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin, 1 November 2021 waktu setempat.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Menurun Drastis, Pemerintah Terus Mengawasi Penerapan Prokes Aktivitas Masyarakat
Zulkifli menjelaskan, dalam skenario BAU, emisi sektor listrik mencapai 0,92 miliar ton CO2 pada 2060.
Untuk itu, PLN meluncurkan strategi demi menjadi perusahaan listrik yang bersih dan hijau.
Salah satunya dengan menghentikan pembangunan serta mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) eksisting secara bertahap.
Baca Juga: Maria Vania Ungkap Manfaat Senam Kegel, Untuk Wanita Agar Rapat untuk Pria….
Berdasarkan peta jalan, PLN akan mempensiunkan PLTU sub-critical sebesar 10 gigawatt (GW) pada tahun 2035.
Kemudian PLTU super critical sebesar 10 GW juga akan dipensiunkan pada tahun 2045. Tahap terakhir pada tahun 2055, PLTU ultra super critical 55 GW dipensiunkan.
Pada saat bersamaan, PLN akan berinvestasi besar-besaran untuk mempercepat peningkatan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga 20,9 GW.
Baca Juga: Pengurus Museum Pusaka Indonesia Berkunjung ke Jawa Barat, Ini yang Ditemukan
Kemudiam juga pengembangan teknologi penyimpanan listrik dalam bentuk baterai berukuran besar hingga teknologi penangkapan karbon dan hidrogen.
Program lain yang disiapkan PLN untuk mendukung transisi energi yaitu ekspansi gas, program co-firing, Konversi PLTD ke EBT, hingga peningkatan efisiensi energi dan pengurangan susut jaringan.
“Pada 2060, lebih dari setengah pembangkit kami akan berasal dari energi baru terbarukan dan seluruh PLTU telah digantikan,” ujarnya.
Zulkifli menyebutkan, setidaknya PLN membutuhkan investasi lebih dari USD 500 miliar untuk mendukung pencapaian Carbon Neutral pada 2060.
Sementara untuk mengakselerasi Carbon Neutral 2060, ada empat hal yang perlu menjadi perhatian. Pertama, penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan. Kedua, investasi skala besar.
Ketiga, penerapan teknologi dalam skala besar. Keempat, investasi pelanggan untuk beralih menggunakan peralatan rendah karbon.
Baca Juga: Keren! 4 Universitas Islam dari Indonesia Masuk 10 Besar Terbaik Dunia
Dengan begitu, Zulkifli menambahkan, pengembangan bisnis dan kampanye electrifying lifestyle perlu lebih digaungkan. Sebut saja, seperti penggunaan kompor listrik, kendaraan listrik, PLTS atap, dan perdagangan emisi.
“Kita tidak bisa melakukan ini sendirian. Kami membutuhkan dukungan dari semua pemangku kepentingan,” tegasnya.
Di tengah upaya menekan emisi karbon, PLN memiliki beberapa pendekatan untuk memastikan bisnis ketenagalistrikan yang berkelanjutan, di antaranya memastikan operasional perusahaan ramping dan efisien.
Baca Juga: Syair Abu Nawas Berjudul ‘Sadar Diri’ Ini Cocok untuk Perenungan, Ini Arti Liriknya
Selanjutnya memberikan energi hijau untuk masa mendatang, dan menjadi perusahaan yang berfokus pada pelanggan dengan memberikan layanan yang andal serta terjangkau. ***