BANTENRAYA – Museum Multatuli menggelar acara membaca novel Raden Saleh didampingi oleh penulis novelnya yaitu Iksaka Banu dan Kurnia Effendi, di Pendopo Museum Multatuli, Kecamatan Rangkasbitung, Minggu 13 November 2022.
Novelis Iksaka Banu mengatakan, novel ditulis kurang lebih 20 tahun. Penulis pergi ke Belanda untuk mendapatkan teks sejarah yang valid tentang novel tersebut.
“Berawal dari sebuah sayembara penulisan skenario, saya mengajak Kurnia Effendi untuk duet menulis kisah perjalanan hidup Raden Saleh, akhirnya jadilah novel tersebut,” katanya kepada Banten Raya.
Lebih lanjut, karena waktu yang tidak cukup, skenario yang sudah dirancang pun tidak jadi dikirimkan.
Baca Juga: Minta PPP Cilegon Menangi Pileg, Subadri Ushuluddin: Mudah-mudahan Layak Jual Semua
“Kami berdua kemudian melanjutkan skenario, dan memutuskan menuangkan kisah Raden Saleh ke dalam bentuk novel,” ujarnya.
Iksaka membeberkan , Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga Jawa ningrat. Dia adalah cucu dari Sayyid Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan Arab. Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, Semarang.
“Sejak usia 10 tahun, Raden Saleh diserahkan pamannya yang memiliki jabatan sebagai Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda di Batavia. Kemudian setelah Raden Saleh diserahkan kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat,” bebernya.
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, kegiatan yang menyangkut literasi sangatlah penting guna meningkatkan minta baca masyarakat Lebak.
“Ini acara yang sangat bagus, kenapa perpustakaan ini di bangun, pastinya untuk masyarakat lebak terutama bagi pelajar agar menambah literasi berkembang di lebak,” tuturnya.
Baca Juga: Multatuli Run 2022 Diikuti Ribuan Peserta, Pelari Asal Baduy Juara Kategori Umum Lokal
Ia berpesan, jika ingin menjadi pemimpin berbicaralah seperti orator handal, menulislah seperti wartawan, dan tenang bagaikan petapa agung.
“Saya sedikit mengutip kata-kata yang sangat legendaris, jadikan momen acara ini sebagai sebuah awal kebangkitan literasi di Lebak, karena modal menjadi pemimpin besar adalah membaca,” pesannya.
Ditempat yang sama, salah satu peserta Alfian mengungkapkan, karena acara ini dirinya bisa mengetahui rahasia-rahasia tidak terduga yang terungkap dalam novel Pangeran dari Timur ini.
“Novel nya sangat menarik, ini menurut saya berkat kolaborasi dari Kurnia Effendi, ahlinya kisah romantis, serta Iksaka Banu yang ahli dalam membuat cerita sejarah tentu menjadikan Pangeran dari Timur menjadi novel sejarah yang asik disimak,” ungkapnya. (mg-sahrul)***