BANTENRAYA.COM – Nelayan di Kota Cilegon tengah mengalami musim paceklik sejak awal September lalu.
Bahkan, sampai sekarang menjelang puncak di Desember para nelayan dipastikan tidak akan bisa berlayar karena masuk puncak angin baratan.
Rukun Nelayan Tanjung Peni Ibrahim menyampaikan, mulai awal September musim angin baratan melanda di laut Selat Sunda.
BACA JUGA: TKD Kabupaten Serang Terpangkas, Zakiyah Keluhkan Dampaknya ke DPR RI
Dimana, Sebagian besar nelayan tidak bisa mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarga.
“Biasanya angin baratan ini berakhir di Maret. Namun, puncaknya itu di November dan Desember ini. Ini benar-benar musim paceklik bagi kami para nelayan,” katanya, Selasa (2/12).
Ia menyampaikan, dirinya sendiri sudah sampai menyeberang ke Lampung untuk mencari kondisi cuaca angin yang tidak terlalu besar untuk menangkap ikan.
Namun, hal itu tidak bisa dilakukan karena kondisi yang sama cuaca ekstrem.
“Ada yang menyeberang ke Lampung sudah bisa ada pemasukan. biasanya ke Pulau Sebuku mincing dan sama juga sekarang kondisinya sama juga,” ucapnya.
Ibrahim menyatakan, pihaknya dengan nelayan lainnya sekarang hanya bisa bekerja secara serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Nelayan terbiasa mandiri, kami pasti cari alternatif dengan serabutan ngojek, kuli bangunan dan lainnya untuk bisa bertahan,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cabang Cilegon Supriyadi mengungkapkan, pihaknya sudah mengimbau kepada nelayan agar tidak memaksakan melaut. Hal itu karena santa berbahaya.
“Kami imbau agar tidak melaut dahulu karena cuaca extrem. Terutama selama musim baratan,” jelasnya.
Supriyadi menambahkan, kondisi tersebut diprediksi baru akan selesai pada Februari nanti. Untuk memenuhi kebutuhan para nelayan sendiri bertahan dengan ekonominya masing-masing.
“Mereka bertahan masing-masing dengan ekonomi masing-masing. Ini November sampai Februari 2026,” pungkasnya. ***

















