BANTEN RAYA.COM – Kepala Desa Pedaleman, Kecamatan Tanara Sade’i mengklaim pagar laut dibuat oleh Nelayan Desa Pedaleman bernama Kholid untuk budidaya rumput laut dan mencegah abrasi.
Hal itu terungkap saat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Serang melakukan sidak pagar laut yang dibangun menggunakan dana mantan kepala Desa Pedaleman bernama Mahyaya.
Sade’i mengatakan, pihaknya juga sempat menegor pembangunan pada tahun 2023 dan menanyakan tujuan pembangunan pagar bambu ketika dibangun oleh nelayan.
“Bambu datang terus saya tegor dan saya tanya untuk apa bambu ini, saya kira dulu itu untuk mencegah abrasi tapi lama-lama ada laporan juga dari nelayan katanya pagar itu untuk budidaya rumput laut,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (30/1).
Baca Juga: MBG Belum Bergulir, Pelaku Usaha Kantin Sekolah di Lebak Ngaku Was-was
Ia menjelaskan, bambu didatangkan menggunakan dua truck lalu diangkut menuju pantai dan dipasang satu persatu oleh nelayan dengan didanai oleh mantan kepala Desa Pedaleman bernama Mahyaya.
“Saya lihat jumlahnya dua mobil truk, yang masang nelayan sini namanya Kholid. Bambu dipasang untuk mencegah abrasi, dan untuk selanjutnya saya nggak tahu itu selanjutnya kayak gimana,” katanya
Sade’i menuturkan, awalnya pagar laut tersebut dibuat untuk mencegah abrasi dan budidaya rumput laut, serta kerang hijau namun lama kelamaan rumput laut tidak tumbuh dan gagal dipanen.
“Katanya mau panen rumput laut cuman enggak jadi, tapi di situ juga ada kerang hijau. Memang secara pemikiran saya juga masuk jika untuk abrasi karena di sampingnya Itu kan lumpur, ” jelasnya.
Saat melakukan pembangunan pagar laut warga sempat diberikan kompensasi dan untuk pembangunan mushola dengan biaya sebesar Rp20 juta rupiah.
“Dulu warga minta kompensasi, kemudian dikasih dari mantan kepala desa jumlahnya Rp20 juta. Dananya dibagikan untuk masyarakat dan pembangunan mushola, saya juga dikasih 7 amplop tapi dikasih sama warga,” paparnya.
Salah satu nelayan Desa Tanara Kholid mengaku, pembuatan pagar laut untuk mencegah abrasi dan sekaligus untuk nelayan membudidayakan kerang hijau.
“Saya yang bangun sekitar 20 orang,kita susun satu-persatu dan didanai oleh mantan kepala Desa Pedaleman namanya Mahyaya. Kita mengerjakan tanpa digajih dan hanya sebatas uang rokok dan makan,” (***)