BANTENRAYA.COM – Calon Walikota Cilegon nomor urut 2 Helldy Agustian memberikan petuah politik kepada para pendukungnya baik relawan, masyarakat dan partai politik.
Dimana, ia mengajak agar semua bisa sama-sama menjaga etika dan moral demokrasi dengan berpolitik secara sehat pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Cilegon 2024.
Pilkada bukan hanya soal kontestasi dan suksesi politik saja. Namun, jauh dari pada itu ada amanat besar yang harus diemban para kontestan jika terpilih.
Baca Juga: Debat Ketiga Pilgub Airin-Ade akan Buat BLK Mobile, Andra-Dimyati akan Buat Food Station
Serta, ada tanggung jawab besar masyarakat untuk bisa memilih pemimpin yang mampu menjawab semua tantangan dan menjalankan amanahnya secara baik.
Menurut Helldy, kontestasi politik Pilkada bukan sekedar ajang lima tahunan saja. Jadi tidak boleh hanya dijadikan ajang persaingan lima tahunan saja.
“Ada yang jauh lebih penting dari sekedar berkontestasi politik di Pilkada ini. Yaitu, bagaimana menjaga amanah dan kepercayaan rakyat yang memilih kita sebagai calon pemimpin. Bahwa di pundak para kandidat itu ada beban, tanggung jawab dan misi untuk mewujudkan amanah tersebut,” katanya kepada wartawan di Cilegon, Rabu 20 November 2024.
Baca Juga: 2 Tahun Keliling Kabupaten Serang, Andika Hazrumy Sudah Kunjungi Nyaris Seribu Titik
Helldy menegaskan, tidak boleh masyarakat dan politisi mengotori Pilkada Kota Cilegon dengan saling menjatuhkan dan saling menebar fitnah serta kebencian.
“Kita ini semua bersaudara. Jangan gara-gara beda pilihan di Pilkada, persaudaraan kita rusak. Justru, saya berharap, lewat Pilkada ini kita bisa bersatu dengan berbeda pilihan. Pilkada itu hanya 5 tahun sekali, tapi persaudaraan dan persahabatan itu harus kita jaga seumur hidup,” tegasnya.
Sebagaimana pemilihan presiden sebelumnya, sambung Helldy, Dimana, Prabowo Subianto tidak menghalalkan segala cara dengan tebar fitnah dan kebencian.
Baca Juga: Tampung Opsen Pajak, Pjs Walikota Cilegon Siap Buka Rekening Bank Banten
Menurut Prabowo kala itu, lanjut Helldy, menjadikan kontestasi Pilpres sebagai ajang politik gembira.
“Sehingga muncul joget gemoy sebagai simbol perlawanan terhadap orang yang suka menyebar fitnah dan kebencian. caranya, dengan di jogetin aja,” tegasnya.
Helldy mengklaim meski unggul di beberapa survei termasuk survei Warna Research Center (WRC) dengan angka sampai 53 persen, ia mengaku tidak jumawa.
Baca Juga: BRI Menang Penghargaan Best API Initiative Berkat Inovasi BRIAPI
Hasil survei itu, terang Helldy, justru harus menjadi pemicu makin semangat lagi bekerja. Kenapa? Karena dari data tersebut, ada pesan kepercayaan rakyat untuk harus dijaga.
“Hasil survei yang mengunggulkan saya itu, harus dimaknai sebagai wujud kepercayaan publik yang tak boleh saya khianati. Jangan membuat kita takabur dan jumawa. Justru, disitu ada beban dan tanggungjawab yang tidak kecil,” tandasnya.
Termasuk, berbagai dukungan yang hadir dari semua lapisan baik kiai, ustad dan ulama, juga harus memaknainya sebagai amanah yang tak boleh disepelekan.
Baca Juga: Hati-hati Penyalahgunaan Data, Warga Cilegon Dilarang Gunakan Calo untuk Urus Pajak Kendaraan
Meskipun, secara pribadi senang, tapi disitu ada pesan kuat untuk mempertanggungjawabkan dukungan tersebut dengan menjadi pemimpin yang amanah.
“Kalau ditanya bagaimana sikap saya atas dukungan mereka itu, saya katakan jujur pasti senang. Tapi, saya tak boleh berhenti pada perasaan senang saja. Kenapa? Karena pada dukungan tersebut ada pesan kuat agar saya mampu menjaga amanah mereka yang dalam hadis disebut sebagai warosatul anbiya,” ungkapnya. ***