BANTENRAYA.COM – Sejumlah tokoh ulama dan masyarakat di Kota Cilegon memberikan apresiasi program makan bergizi gratis yang sudah mulai dilakukan uji coba di Kota Cilegon. Dimana, program tersebut akan sangat membantu pemenuhan gizi seimbang bagi siswa.
Tokoh Masyarakat dan Ulama di Kota Cilegon Nawawi Sahim menyatakan, di Kota Cilegon tidak semua siswa memiliki latar belakang ekonomi yang mapan. Jadi adanya makan tersebut akan sangat membantu.
“Saya setuju karena siswa didik tidak semuanya orang berada. Ini akan sangat membantu dalam pemenuhan gizi serta nutrisi otak dan tubuh,” katanya, Selasa 6 Agustus 2024.
Nawawi mengingatkan, dalam pemberian paling penting adalah pengawasan menu dan gizinya. Sebab, program tersebut bukan sekedar mengenyangkan anak. Jadi, pengawasan yang dilakukan harus sangat ketat.
“Iyah (gizi) dan standar jangan sampai makan saja, maka butuh pengawasan dan dijaga mutu dari makanan nya. Itu kelemahan kita pada pengawasan, apalagi makanan basi dan ekspayer ada fungsi pengawasan harus ditingkatkan, karena tujuannya bukan hanya kenyang,” ujarnya.
Dengan program tersebut, papar Nawawi, akan ada efek ganda yang dirasakan, selain menyehatkan dan mencerdaskan generasi bangsa, perekonomian akan tumbuh, baik bagi penjual ikan, daging, sayur dan lainnya.
“Termasuk juga UMKM kuliner yang akan ikut naik perekonomiannya. Artinya UMKM yang harus diberdayakan,” jelasnya.
Tokoh Masyarakat lainnya Ahmad Jueni Suhada atau yang akrab dikenal dengan sapaan Joni menyatakan, pihaknya mendukung penuh program tersebut. Tinggal nanti harus dibentuk tim khusus gizi, sehingga kebutuhan gizi terpenuhi dan standar makanan juga aman.
“Kan anak-anak rentan kalau soal makanan, tubuhnya mudah sakit beda dengan orang dewasa. Maka, harus benar-benar soal gizi dan keamanan. Harus ada tim khusus yang dibuat, pengawasan harus ketat,” jelasnya.
Disisi lain, papar Joni, ada Pendidikan non formal seperti pondok pesantren tradisional yang harus juga dipikirkan. Jangan sampai diabaikan.
Baca Juga: Astaga, Ayah Tega Bonceng Anak dan Istri Diduga untuk Mencuri Motor di Pandeglang
“Santri di pondok tradisional juga harus dipikirkan, diperhatikan dengan baik. Jangan sampai sekolah formal baik umum atau madrasah saja,” imbuhnya.
Sementara itu, Anggota Presidium Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Cilegon Mustofa mengungkapkan, berharap tidak hanya sekolah formal saja yang diberikan makan bergizi. Namun, pondok pesantren juga para santri diberikan makan bergizi tersebut.
“Yang perlu itu malah para santri. Karena mereka sangat membutuhkan. Artinya,
jangan sampai santri malah tidak dapat program tersebut, terlebih lagi santri salafi,” tegasnya.
Mustofa menjelaskan, berharap juga program tersebut tepat sasaran. Termasuk juga jangan disamaratakan soal menu dan variasi penyajiannya.
“Jangan pukul rata. Perlakuannya berbeda antara siswa kota dan desa, atau negeri dan swasta. Lalu, antara madrasah, siswa umum dan para santri. Itu harus menjadi pertimbangan penting jangan sampai mubazir makanannya,” jelasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Musthofa M Izzudin Mukhtar menyatakan, program tersebut sangat bagus karena jelas menyentuh masyarakat.
“Sangat bagus, saya setuju. Jelas langsung menyentuh rakyat, kalau bisa jangan makan saja, kebutuhan lainnya juga,” pungkasnya. (***)














