BANTENRAYA.COM – Tempe merupakan salah satu makanan tradisional yang banyak digemari masyarakat dari semua kalangan.
Tempe bisa dimasak menjadi berbagai macam olahan seperti tempe goreng, tempe oreg, steak tempe, gorengan, tempe balado, dan berbagai macam olahan lainnya.
Bertempat di Kampung Lebak, Desa Sambilawang, Kecamatan Waringinkurung, Kamis (10/7), salah seorang warga bernama Mursidin tengah sibuk membuat fermentasi tempe yang kemudian disusun di rak di dalam rumahnya. Usaha membuat tempe menjadi kegiatan sehari- hari Mursidin.
Dalam membuat tempe yang sudah dijalaninya sejak tahun 2003 itu, Mursidin dibantu dengan beberapa anggota keluarga lainnya.
Kemampuannya dalam membuat tempat tidak datang begitu saja namun ia terlebih dahulu belajar ke sejumlah tempat.
“Dulu saya mencari tahu tentang cara membuat tempe. Kemudain saya memulainya dan Alhamdulillah sampai sekarang masih berjalan,” ujarnya kepada Banten Raya, Kamis (10/9).
Baca Juga: Satpol PP Kota Tangerang Tertibkan PKL di Pasar Anyar, Sudah Disiapkan Tempat Berjualannya
Mursidin menceritakan, untuk membuat tempe memerlukan bahan baku seperti kacang kedelai dan ragi tempe yang diaduk rata yang kemudian dibungkus satu persatu menggunakan plastik.
“Setelah dibungkus satu persatu tempe langsung difermentasikan dengan suhu ruangan yang normal,” katanya.
Tempe yang sudah berhasil difermentasi selanjutnya dijajakan ke berbagai desa di Kecamatan Waringinkurung dengan cara berkeliling setelah shalat subuh.
Baca Juga: Jelang Tahun Ajaran Baru Sekolah, Pedagang Alat Tulis di Pasar Kranggot Raup Untung Jutaan Rupiah
“Setiap hari saya menghabiskan satu karung kedelai ukuran 50 kilogram untuk membuat tempe,” ungkapnya.
Pria yang kini berusia 45 tahun itu mengungkapkan, tempe buatanya banyak disukai masyarakat karena menjadi makanan favorit masyarakat pedesaan.
“Biasanya saya menjajakannya ke Desa Binangun, Sasahan, dan Desa Cokop Sulanjana. Alhamdulillah banyak yang beli,” tuturnya.***