BANTENRAYA.COM – Salah satu warga Desa Batukuda, Kecamatan Mancak Ades Suntama terus melakukan inovasi untuk mendorong kesetaraan gender di Kabupaten Serang.
Sebagai salah satu pegawai Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau DKBP3A ia menciptakan salah satu buku berjudul Keadilan Gender.
Melalui karya inovatifnya, Ades tidak hanya menulis, tetapi juga mengangkat isu-isu kritis tentang kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak.
Isu tersebut selama ini menjadi momok di tengah masyarakat.
Sebagai aktivis dan penulis, Ades berkomitmen untuk membumikan keadilan gender.
Baca Juga: Sektor Digital Sumbang Pajak Hingga Rp33,73 Triliun
Buku yang sedang ia susun menjadi medium untuk menggugah kesadaran publik dan memberikan data serta perspektif baru mengenai penanganan kasus kekerasan seksual di Kabupaten Serang.
Dengan pendekatan yang kritis dan solutif, buku ini diharapkan mampu mengungkap dinamika sosial dan budaya yang melatarbelakangi kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Kemudian buku tersebut menawarkan strategi pemberdayaan dan perlindungan yang konkret melalui kebijakan dan praktik di lapangan, serta enjadi referensi inovatif bagi aparat dan masyarakat dalam menangani kasus kekerasan seksual.
Karya Ades telah mendapatkan apresiasi tinggi dari Kepala DKBP3A Kabupaten Serang Encup Suplikah yang mengakui bahwa inovasi ini sangat luar biasa.
Baca Juga: Gegara Obat Nyamuk, Rumah Warga Cibodas Pandeglang Hangus Terbakar
“Sehingga karya Ades akan didorong untuk mengikuti perlombaan inovasi pegawai yang rutin diadakan oleh BKPSDM (Badan kepegawaian pemberdayaan sumber daya manusia),” ujar Encup.
Prestasi sebelumnya Ades telah meraih juara pertama di tingkat kabupaten dan juara kedua di tingkat nasional semakin mempertegas potensi karya Ades dalam memberikan dampak positif.
“Karya Pak Ades sangat luar biasa. Beliau sedang menulis buku tentang kekerasan seksual di Kabupaten Serang yang tentunya akan memperkuat advokasi keadilan gender,” katanya.
Dukungan langsung dan bimbingan dari pimpinan ini menunjukkan bahwa inovasi Ades tidak hanya diakui secara akademis, tetapi juga sebagai upaya strategis dalam mengawal dan menanggulangi isu kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Baca Juga: 3 Karakter Paling Menyebalkan di Preman Pensiun 9, Nomor 1 Sampai Bikin Titisan Murad Rungkad
Buku yang ditulis Ades menjadi simbol keberanian untuk membuka dialog tentang keadilan gender di ranah publik.
Dengan menggabungkan data lapangan, analisis kritis, serta solusi praktis, buku ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para aparat penegak hukum dan lembaga pendamping dalam merumuskan kebijakan yang berpihak pada korban.
Kemudian menginspirasi masyarakat untuk lebih aktif dalam memerangi stereotip dan praktik kekerasan berbasis gender.
Buku tersebut juga mendorong kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, LSM (Lembaga swadaya masyarakat), dan komunitas—untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan dan anak.***