BANTENRAYA.COM – Kota Cilegon menjadi kota dengan angka indeks harga konsumen atau IHK atau inflasi paling tinggi di Provinsi Banten dengan besaran 2,55 persen.
Angka tersebut bahkan lebih tinggi dari angka inflasi Provinsi Banten yang mencapai 2,30 persen.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Provinsi Banten Virgojanti, yang mengatakan bahwa, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik atau BPS Provinsi Banten No. 36/08/36/Th. XVIII, 1 Agustus 2024 tentang perkembangan inflasi di Provinsi Banten.
Virgojanti menyatakan, secara rata-rata angka inflasi di Provinsi Banten pada Juli 2024 telah mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya.
Baca Juga: Ditarget 2025, Pembangunan Lima Kantor Kelurahan di Kota Serang Terkendal Anggaran
Saat ini, angka inflasi di Provinsi Banten mencapai 2,30 persen. Angka tersebut diklaim telah turun sebanyak 0,19 persen dari sebelumnya 2,49 persen.
“Untuk inflasi kita di bulan Juli itu mengalami penurunan dari 2,49 persen pada bulan Juni, saat ini di 2,30 persen. Meskipun masih lebih tinggi dibanding rata-rata secara nasional, karena rata-rata nasional itu posisi di 2,13 persen. Tapi paling tidak upaya kita untuk menurunkan angka inflasi itu bisa terlaksana,” kata Virgojanti kepada wartawan, Senin, 5 Mei 2024.
“Dari hasil data yang rilis oleh BPS, angka inflasi kita dari 5 wilayah survei yaitu Kabupaten Lebak, Pandeglang, kemudian kota Tangerang, kemudian kota Cilegon dan kota Serang, paling tertinggi inflasi terjadi di kota Cilegon dengan capaian sebesar 2,55 persen. Dan untuk yang terendah itu adalah Kabupaten Pandeglang dengan capaian 1,70 persen. Sementara, untuk Kota Tangerang 2,48 persen, Kota Serang 2,22 persen, Kabupaten Lebak 2,16 persen,” sambungnya.
Virgojanti mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan dan data yang dirilis oleh BPS, beras merupakan komoditi penyumbang inflasi, disusul dengan bawang, dan cabai rawit.
Baca Juga: GERCEP! Dapat Kabar Siswa Belajar di Lantai, Yedi Rahmat Sidak SMP Negeri 1 Kota Serang
Kendati demikian, Virgojanti mengungkapkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa stakeholder seperti Bulog Banten, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten, serta Dinas Pertanian Provinsi Banten untuk menggencarkan pendistribusiaan beras kepada masyarakat.
“Komoditas penyumbang itu ada beras, cabai rawit, dan bawang. Itu yang paling tinggi secara rata-rata. Beras ini karena menjelang Pilkada orang-orang banyak yang beli beras ya, jadi cukup membuat inflasi kita naik. Tapi, tadi saya sudah minta persiapan kepada Bulog dan juga BUMD kita yaitu PT ABM, lalu beberapa OPD juga untuk bekerja sama menagani agar beras ini tidak menjadi penyebab inflasi lagi,” jelasnya.
“Kalau tadi dari Bulog menyampaikan cadangan beras kita itu ada sebanyak 32 ribu ton di gudang Bulog yang siap didistribusikan untuk memenuhi pasokan di masyarakat dan pasar-pasar tradisional bila mana terjadi penurunan stok yang signifikan,” tambahnya.
Virgojanti menuturkan, Pemerintah Provinsi atau Pemprov Banten terus berupaya untuk mengendalikan inflasi agar inflasi tetap berada pada kondisi keseimbangan.
Di mana, antara produsen dan konsumen tidak ada yang dirugikan.
“Kita upayakan untuk mencapai titik keseimbangan, karena secara kalau inflasi terlalu rendah juga saya kasihan kepada produsen karena tidak akan memperoleh margin dan bila terlalu tinggi juga kita kasian kepada konsumen. Sehingga di sini yang perlu kita lakukan adalah bagaimana menjaga keseimbangan agar inflasi tidak menimbulkan kerugian baik dari sisi konsumen maupun juga dari sisi produsen,” tuturnya.
Kendati demikian Virgojanti menyatakan bahwa, secara umum inflasi di Provinsi Banten masih dapat terkendali.
Ke depan, pihaknya meminta agar Pemerintah Kabupaten Kota di Provinsi Banten dapat berupaya untuk gerak cepat menangani inflasi di daerahnya masing-masing.
Baca Juga: Partai Non Parlemen Dukung Andra – Dimyati di Pilgub Banten, Bagaimana dengan Partai Lain?
“Tapi kalau saya lihat dari sisi inflasinya, ini memang inflasi kita tinggi, tapi dari kondisinya itu cukup baik gitu situasinya. Karena kan target pemerintah pusat itu 2,5 plus minus satu, artinya kita secara posisi target tersebut kita masih tetap terkendali. Dan saya juga menyampaikan agar bapak ibu di Kabupaten Kota untuk gencar dan tanggap untuk sama-sama mengendali inflasi yang terjadi di wilayahnya,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Banten Faizal Anwar menambahkan, inflasi year on year terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,07 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,51 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,36 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,54 persen, dan kelompok kesehatan sebesar 1,82 persen.
“Selain itu, terdapat juga kenaikan pada kelompok transportasi sebesar 1,15 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,23 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,61 persen, dan kelompok pendidikan sebesar 0,92 persen; kelompok penyediaan, makanan dan minuman/restoran sebesar 4,33 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,32 persen,” kata Faizal.
“Meski begitu, secara rata-rata kita mengalami deflasi sebesar 0,19 persen dengan komoditas penyumbangnya adalah telur ayam ras dan tomat. Di mana masing-masing menyumbang deflasi sebesar 0,12 persen,” tambahnya.***