BANTENRAYA.COM – Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Bustaniyah memberikan kemudahan bagi siswa-siswinya untuk membayar uang sekolah yakni melalui program bank sampah.
Sampah-sampah yang dikumpulkan oleh wali murid maupun anak didik tersebut akan dikalkulasikan dalam bentuk uang, di mana uang tersebut dipergunakan untuk membayar uang pendidikan.
Ketua YPI Al Bustaniyah Fakhrudin Syam’un mengatakan, program bank sampah ini berangkat dari latar belakang wilayah, di mana tempat pendidikan ini berlokasi dekat dengan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bagendung, Kecamatan Cilegon.
Baca Juga: Avenged Sevenfold Akan Konser di Jakarta, Simak Cara Beli Tiket dan Harganya
“Berpuluh tahun sampah itu dibuang di Bagendung, sehingga kita memfasilitasi kelompok atau bank sampah. Ditambah juga kita melihat lingkungan sini kan kelas menengah ke bawah, mayoritas orang sekitar,” kata Fakhrudin saat ditemui Banten Raya di lokasi, Senin (26/2).
Fakhrudin menjelaskan, munculnya program bank sampah pun karena melihat administrasi keuangan siswa-siswi yang banyak menunggak.
Melihat persoalan tunggakan tersebut, paparnya, program bank sampah ini menjadi alternatif untuk wali murid bisa membayar uang sekolah anak-anaknya.
Baca Juga: Doctor Slump Episode 11 dan 12 Sub Indo: Momen Romantis Park Hyung Sik dan Park Shin Hye
“Jadi tunggakan itu di atas sekian persenlah, sehingga program ini tidak lagi ada alasan buat orangtua yang tidak bekerja. Oleh karena itu, kita rangkap dengan layanan bank sampah itu untuk bisa digabungkan biaya sekolah bisa dengan sampah,” ungkapnya.
Ia pun menerangkan, tujuan lain dari program bank sampah tersebut untuk memberikan edukasi kepada wali murid dan para siswa mengenai jenis-jenis sampah.
Sebab, menurutnya, bank sampah ini tidak sekadar menerima semua jenis sampah, tetapi ada syarat dan ketentuan yang berlaku.
Baca Juga: Beauty Newbie Episode 3 dan 4: Jam Tayang, Link Nonton, dan Sinopsis
“Pada awal berdirinya bank sampah ini yakni 14 Februari 2023, sampah yang kita terima baru jenis non organik, mulai dari kertas, plastik, kardus, dan lain-lain,” terangnya.
“Enam bulan awal atau satu semester pertama, nasabah bank sampah ini ada 170 orang, tetapi saat kita bagikan tabungan bank sampah tersebut, mulai banyak yang tertarik,” lanjutnya.
Fakhrudin mengakui, saat ini nasabah bank sampah berjumlah 270 orang yang terdiri dari 240 orang dari internal yaitu para wali murid dan 30 orang umum atau dari luar.
Ke depannya, paparnya, pembagian tabungan bank sampah ini akan dilakukan satu tahun sekali.
“Untuk tahun pertama ini pembagian tabungan sampah ini dilakukan dua kali, tapi tahun kedua dan berikutnya akan diberikan setahun sekali, biar menghitung administrasinya mudah,” tegasnya.
“Semester pertama kemarin yang terbanyak mengumpulkan sampah itu dari santri bernama Muhammad Rido, itu terkumpul kurang lebih satu ton dengan nominalnya sekira Rp300.000,” tambahnya.
Baca Juga: Serangan Balik dari Dishub, Parkir Kawasan Wisata Cisolong Dinilai Pungli
Saat ditanya untuk siswa yang tidak mempunyai tunggakan tetapi mengikuti program bank sampah, Fakhrudin menyebutkan, uang yang terkumpul di dalam tabungan tersebut tetap akan diberikan.
“Ya uang yang terkumpul dari sampah itu tetap diberikan karena itu sudah menjadi hak nasabah, mau uangnya dipakai beli beras, minyak atau yang lainnya, itu bebas. Tapi yang ada tunggakan, diambil dari tabungan sampah tersebut,” tuturnya.
Sementara itu, salah satu wali murid Al Bustaniyah Isnawati menyampaikan, program bank sampah tersebut sangat membantu keluarganya dalam membiayai sekolah anak-anaknya.
Baca Juga: Maxim Food Kini Tersedia di Pandeglang, Buruan Pesan Karena Banyak Promo Lur!
Isnawati mengatakan, apa yang dirasakan oleh keluarganya juga dirasakan oleh para wali murid yang lain.
“Jadi, anak saya yang sekolah di sini ada dua, dengan program bank sampah, Alhamdulillah biaya untuk sekolah bisa dibantu dari sana,” pungkasnya. ***