BANTENRAYA.COM – Tahun 1943, Bapak Republik Indonesia Tan Malaka pernah tinggal di wilayah Banten Selatan tepatnya Kecamatan Panggaragan.
Saat itu, Indonesia masih dalam pendudukan Jepang yang menang perang atas Belanda dan tentara Sekutu lainnnya.
Kisah Tan Malaka tinggal di Panggarangan ini sudah banyak diungkap termasuk oleh sejawaran Bonnie Triyana.
Melalui akun TikTok BonnieTriyana Official, sejarawan Bonnie Triyana mengunggah sebuah perbukitan yang menghadap langsung laut.
Baca Juga: Demi Kewarasan Republik, Sejarawan Ini Minta Polri Ungkap Motif Pembunuhan Brigadir J
“Saya berada percis di wilayah Panggaranan Lebak, Banten Selatan, menghadap langsung ke Pantai Bayah. Dalam sejarah, tahun 1943 bapak republik Indonesia Tan Malaka pernah bekrja di tambang batu bara itu,” kata Bonnie menunjuk pesisir pantai Panggarangan.
Dikatakan Bonnie, selama penjahahan Belanda Tan Malaka kerap berpindah kota dan negara guna menghindari kejaran Belanda.
“Tan Malaka mengasingkan diri atau sembunyi selama 20. Saat Jepang masuk Indonesia Tan Malaka pulang dan ngekost di Rawa Jati, Kalibata Jakarta. Selama di Rawa Jati, Tan Maka selalu menghabiskan waktu di perpustakaan Jakarta,” beber Bonnie.
Suatau hari, menurut Bonnie Prof Purbo Coroko, kepala perpusatakaan Jepang meminta seorang pengunjung menterjemahkan teks bahasa inggris.
“Tan Malaka dengan nama samawan kala itu ngangkat tangan dan mampu menerjemahkan buku bahasa Inggris. Waktu itu tan Malka masih menggunakan nama samara dan belum banyak yang tahu,” tegas Bonnie.
Baca Juga: Borjuasi Bentuk Tatanan Eropa Baru, Begini Penjelasan Sejarawan Kuntowijoyo
Setelah berhasil membantu menerjamahkan teks bahasa inggris, Purbo Caroko bertanya kepada pria misterius itu terkait status pekerjaan.
“Tan malaka tidak mengaku Tan Malaka karena memang sedang menghindari pengejaran. Purbo kemudian menunjukkan sebuah kantor dinas sosial Jepang yang terletak di Jalan Tanah Abang dan menyuruh Tan Malaka melamar. Tan Malaka melamar dan diterima sebagai mandor di tambang batu bara jepang di Bayah,” ulas Bonnie.
Sejak saat itu lah Tan Malaka diterima dan bekerja di tambang dan bersembunyi dengan nama samaran Ilyas Husen. Selama tinggal di Bayah, Tan Malaka pernah menerima kedatangan Soekarno yang datang ke Bayah.
“Soekarno tidak kenal Ilyas Husen. Soekaro saat itu jadi Ketua Tenaga Rakyat atau Putra. Sekarang Panggarangan tetap asri dan indah sekaligus bersejarah dalam perjuangan republik Indonesia,” pungkas caleg PDIP Dapil Banten 1 ini. ***