BANTENRAYA.COM – Muhammad Ainun Nadjib alias Cak Nun menjadi penceramah dalam acara buka puasa bersama PDIP yang digelar di Masjid At Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Minggu 10 April 2022.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, Cak Nun datang atas undangan langsung dari Ketua Umum partai, Megawati Soekarnoputri.
“Kehadiran Cak Nun ini atas undangan dari Ibu Megawati Soekarnoputri,” kata Hasto.
Caknun sendiri dikenal sebagai sosok yang vokal mengkritisi politisi dan pemerintah.
Megawati adalah salah satu yang pernah juga dikritik oleh Caknun.
Diambil dari video lama berjudul “Cak Nun: Megawati Tak Pernah Sekolah” di kanal Youtube Ach Sin, Cak Nun pertama kali berbicara tentang fenomena kenegaraan di Indonesia.
Ia melihat banyak pengurus atau elit partai lebih mementingkan kelompoknya ketimbang masyarakat umum.
Padahal, dalam konsep bernegara, mereka yang menjabat harus lebih banyak bicara tentang bangsa dan kemaslahatan rakyat.
“Bendera (partai) jangan terlalu banyak-banyak, sampai bendera Indonesia dihilangkan. Sekarang saya tanya, kalau kalian orang PKB, tanya sama PKB, lebih penting mana PKB atau Republik Indonesia? Kalau yang lebih penting PKB, salah atau benar? Salah kan?” tutur Cak Nun, dikutip Senin 11 April 2022.
“Sekarang parpol mana yang lebih mementingkan Indonesia dibanding parpol-nya?” kata Cak Nun menambahkan.
Selain itu, Cak Nun menambahkan, fenomena serupa juga terjadi di lingkungan PDIP. Meski sempat menjabat sebagai presiden, Jokowi hanya diposisikan sebagai pejabat partai atau bawahan Megawati.
Jadi, secara tidak langsung, mantan gubernur DKI itu tidak memiliki kekuasaan penuh.
Fakta ini seolah membuktikan bahwa kepentingan partai selalu di atas segalanya. Namun yang menarik, sosok yang dikenal berani mengkritik pemerintah itu tidak mau menyalahkan keadaan. Jadi kenapa ini terjadi?
“Sampai hari ini, Megawati mengatakan Jokowi tetap petugas partai. Jadi (menurutnya) Indonesia itu bagian dari PDIP, bukan PDIP bagian dari Indonesia. Salah atau benar? Salah. Tapi jangan salahkan Mega, karena dia enggak ngerti,” tegasnya.
Kata Cak Nun, tidak heran jika Megawati lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya daripada masyarakat luas.
Mengingat, kata dia, pejabat PDIP hampir tidak pernah bersentuhan langsung dengan mereka. Sejak kecil, hidupnya nyaman dan mudah.
Selain faktor sosial, Cak Nun menilai Megawati kurang pandai dalam pemahaman akademis.
Padahal, menurut dia, pengetahuan keilmuan perempuan berusia 74 tahun itu nampaknya minim, bahkan kecil kemungkinannya.
“Dia enggak punya ilmu buat memahami itu, dia enggak sekolah, dia enggak pernah menjadi manusia biasa seperti Anda. Bergaul di kampung-kampung enggak pernah. Sejak kecil beliau itu anak presiden di istana,” kata Cak Nun.
“Anda jangan menuntut Mega untuk mengerti itu, orang dia enggak ngerti kok. Jangan dipaksa-paksa. Sementara Jokowi juga enggak ngerti. Makanya kalau milih presiden hati-hati,” kata Cak Nun.
Sementara saat buka puasa bersama dengan PDIP, Minggu 10 April 2022, Caknun menyebut bahwa PDI Perjuangan tak cocok lagi menyandang kata perjuangan.
“Jadi, sudah beberapa kali menang. PDI sudah tidak tepat berjuang lagi. Tidak Perjuangan lagi. Yang tepat PDI Pengayoman. Jadi, partai ini mengayomi seluruh Rakyat Indonesia karena sudah berkuasa,” kata Cak Nun. ***
Aliefia Rizky Nanda Herita/kabarbesuki.pikiran-rakyat.com
Artikel ini pernah tayang di kabarbesuki.pikiran-rakyat.com dengan judul Cak Nun Blak-Blakan Menyebut Megawati Tak Punya Ilmu: Makanya Kalau Milih Presiden Hati-Hati