BANTENRAYA.COM – Puasa Ramadhan sebentar lagi akan dilaksanakan oleh umat Islam seluruh dunia.
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana umat Islam diwajibkan berpuasa di dalamnya dan sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah.
Juga, di bulan Ramadhan umar Islam harus menghindari sebab-sebab yang menjadikan pahala berpuasa berkurang, salah satunya melakukan maksiat saat berpuasa.
Baca Juga: Tips dari Erick Tohir Saat Nonton Moto GP di Mandalika, Salah Satunya Sunblock
Dikutip bantenraya.com dari buku Pedoman Puasa karya Hasbi Ash Shiddieqy, dikatakan bahwa umat Islam ketika berpuasa harus bisa menahan nafsu syahwat selain menahan lapar dan haus.
Sehingga jangan sampai umat Islam ketika berpuasa sengaja melakukan maksiat.
Lalu bagaimana hukum seorang yang sengaja melakukan maksiat pada saat berpuasa di bulan Ramadhan?
Hasbi Ash Shiddieqy menyebutkan bahwa menurut Jumhur Ulama seorang yang sengaja melakukan maksiat saat berpuasa maka rusaklah pahala puasanya.
Baca Juga: Bacaan Doa Setelah Sholat Hajat yang Mustajab, Lengkap dengan Latin dan Artinya
Jadi, seseorang yang sengaja melakukan maksiat pada saat berpuasa, puasanya tidak batal tetapi pahala puasanya yang menjadi rusak dan tidak disuruh meng-qadha puasa, seperti seseorang yang sengaja membatalkan puasa dengan makan dan minum.
Tetapi, ada juga ulama yang berbeda pendapat tentang hukum tersebut.
Menurut Ibn Hazam mengatakan bahwa seseorang yang sengaja mengerjakan maksiat dalam puasa, maka hal tersebut membatalkan puasanya, bukan hanya merusakkan pahala puasa itu sendiri.
Baca Juga: Heboh! Aksi Pencurian di Mini Market, Pencuri Adu Mulut dengan Kasir
Sehingga, Rasulullah mencegah kita untuk mengeluarkan perkataan buruk, seperti, mengumpat, mencela, menuturkan kata-kata yang mengakibatkan timbulnya rangsangan syahwat dan berlaku jahil dalam berpuasa.
Sehingga ada ulama yang menyatakan orang-orang yang sengaja melakukan maksiat saat puasa, maka batallah puasanya.
Meskipun jumhur ulama menyebutkan yang rusak adalah pahala puasanya hal ini bisa dimaksudkan dengan sia-sialah puasanya dan sama dengan orang yang tidak berpuasa.***