BANTENRAYA.COM – Beberapa hari lalu Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka minta agar ada pelajaran Coding sejak Sekolah Dasar (SD).
Sebagai informasi, Coding adalah proses menulis intruksi atau kode menggunakan bahasa pemprograman untuk memberi perintah kepada komputer agar dapat melakukan tugas tertentu.
Menurut Gibran selaku Wakil Presiden Indonesia, penambahan mata pelajaran Coding di tingkat SD ini sebagai bentuk mengikuti tantangan teknologi yang ada saat ini.
Gibran Rakabuming juga meminta kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti untuk menerapkan pelajaran Coding di tingkat SD.
Hal tersebut diungkapkan Gibran pada saat acara Rapat Koordinasi Evaluasi Kebijakan Pendidikan Dasar dan Menengah di Hotel Grand Sheraton, Jakarta pada Senin, (11/11/2024).
Informasi ini diunggah oleh akun Instagram @jakarta.keras pada Selasa, (12/11/2024).
Dalam unggahan tersebut memberikan informasi terkait Gibran yang meminta mapel Coding diberikan sejak SD.
“Jadi jangan sampai kita kalah dengan India karena, sekali lagi bapak ibu untuk menuju Indonesia Emas kita butuh generasi emas,” ucap Gibran.
Dengan adanya alasan tersebut membuat dirinya memberikan usulan agar pelajaran Coding diajarkan sejak SD.
Gibran juga berharap agar mata pelajaran Coding yang diberikan sejak SD dapat mencetak banyak ahli di masa depan.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti merespon permintaan Gibran terkait mapel Coding yang diberikan sejak SD.
Baca Juga: Ikatan Keluarga Madura Dukung Helldy dan Alawi, Begini Alasannya
Dirinya mengungkapkan bahwa pelajaran Coding akan diterapkan sejak SD.
Akan tetapi, hal tersebut tidak bersifat wajib dan hanya menjadi pilihan bagi murid.
“Dalam rencana kami untuk pembaharuan kurikulum yang akan datang, akan menambah mata pelajaran Coding sebagai mata pelajaran pilihan di sekolah-sekolah yang memang sudah mampu melaksanakan,” ucap Abdul Mu’ti.
Abdul Mu’ti tidak memungkiri bahwa dengan adanya penambahan pelajaran tersebut harus diimbangi dengan alat-alat yang juga memadai.
Hal tersebut terjadi karena ada banyaknya SD di pelosok desa yang tidak memiliki alat-alat tersebut untuk mendukung pelajaran tersebut.
Penyesuaian sekolah untuk mendukung pelajaran tersebut harus disesuaikan tidak harus disamakan. ***