BANTENRAYA.COM – Kunjungan ke Yogyakarta terasa belum lengkap tanpa mencicipi sajian kuliner khas daerah tersebut.
Salah satu tempat makan legendaris yang wajib disinggahi adalah Warung Bu Sum di Pasar Beringharjo, yang telah melayani pelanggan selama lebih dari enam dekade.
Meskipun usianya sudah cukup tua, warung ini tetap ramai dikunjungi karena rasa makanannya yang autentik dan kualitas yang terus dijaga, menjadikannya destinasi favorit para pecinta kuliner.
Baca Juga: PKL Kalijaga Rangkasbitung Distrelissasi, Semua Direlokasi ke Pasar Kandang Sapi Tahun Ini
Udiyanti, generasi ketiga pengelola Warung Bu Sum, mengisahkan bahwa usaha ini awalnya hanyalah warung kecil tanpa nama.
Namun seiring berjalannya waktu, tempat makan tersebut mengalami perkembangan signifikan hingga mampu meraup omzet mencapai belasan juta rupiah.
Menu andalannya adalah sate kere yang dibuat dari sandung lamur sapi, dibakar dengan bumbu khas dan kecap, serta beragam hidangan lain seperti gulai sapi dan soto daging.
Baca Juga: Terbuka untuk Lulusan SMA, Info Lowongan Kerja PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk April 2025
“Di sini semuanya menu Jawa. Yang paling disukai itu sate kere dari daging sapi. Tapi ada juga sate ayam, nasi gudeg, mangut lele, dan lainnya. Kita buka dari jam 6 pagi sampai 4 sore, menyesuaikan dengan jam operasional pasar,” jelas Udiyanti.
Warung ini juga mempertahankan tradisi memasak dengan cara lama, yakni menggunakan anglo arang, kecuali untuk kuahnya.
Aroma rempah yang menggugah selera pun menjadi daya tarik tambahan bagi pengunjung yang bersantap langsung di tempat.
Dalam momen Lebaran, penjualan pun meningkat tajam meski hanya buka kembali di hari ketiga setelah Idulfitri.
Udiyanti menyebutkan bahwa warungnya bisa meraih omzet jutaan rupiah per hari selama masa libur sekolah.
Perkembangan pesat Warung Bu Sum tidak lepas dari bantuan pendanaan yang diberikan oleh BRI. Dukungan dari program pembiayaan UMKM menjadi salah satu faktor penting di balik kesuksesan usaha tersebut.
Baca Juga: Warga Antusias Sambut Pembangunan Jembatan Parung Lawang yang Menghubungkan Dua Kabupaten
Udiyanti mengenal program ini saat mengikuti kegiatan Grebek Pasar BRI di Pasar Beringharjo. Awalnya sempat ragu, namun setelah melalui proses pengajuan yang mudah, ia pun merasa terbantu.
“Pertama saya ajukan KUR BRI senilai Rp50 juta. Setelah itu, saya lanjutkan dengan pinjaman Rp100 juta, lalu Rp150 juta, dan terakhir Rp250 juta. Totalnya empat kali pengajuan. Dana ini saya pakai untuk memperbesar usaha, seperti membeli etalase baru, menambah kursi dan meja, kulkas, freezer, dan sebagai tambahan modal,” ujar Udiyanti.
Ia mengaku sangat terbantu dengan kemudahan proses dan pelayanan dari BRI yang cepat tanggap terhadap kebutuhan UMKM.
Baca Juga: Polda Banten Tangkap Pelaku Penipuan Proyek Pembangunan Kampus Senilai Rp40 Miliar
Dari yang awalnya hanya warung kecil, kini Warung Bu Sum menjadi usaha yang lebih besar dan dikenal luas.
Udiyanti pun berharap agar program pembiayaan seperti ini terus dilanjutkan untuk membantu UMKM lain berkembang seperti dirinya.
Dalam pernyataan terpisah, Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, mengatakan bahwa kisah sukses Warung Bu Sum mencerminkan komitmen BRI dalam mewujudkan Asta Cita, dengan memperluas akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Baca Juga: Tangani Banjir, Kota Serang Kolaborasi Pemprov Banten dan BBWSC3 Normalisasi Sungai Cibanten
Tujuannya adalah untuk mendorong pertumbuhan UMKM agar mampu memperkuat ekonomi nasional.
“Kisah Bu Sum bisa menjadi inspirasi tentang bagaimana KUR BRI mampu mendukung pelaku usaha kecil agar bisa berkembang dan berkontribusi lebih besar bagi perekonomian,” ungkapnya.***