BANTENRAYA.COM – Buaya merupakan hewan reptil yang ditakuti masyarakat di wilayah Kabupaten Pandeglang Selatan.
Keberadaan buaya penunggu Sungai Cijaralang sering kali muncul, hingga membuat heboh warga Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang.
Kebiasaan buaya sering kali berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu. Seperti di Sungai Cijaralang, Kecamatan Cimanggu.
Keberadaan buaya bertubuh besar yang hidup di air merupakan spesies anggota famili Crocodylidae yang disebut sebagai aligator.
Dikutip Bantenraya.com dari wikipedia, Selasa 16 Juli 2024, buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar, seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah.
Ada pula buaya yang hidup di air payau, seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan bertulang belakang seperti ikan, reptil, dan mamalia.
Baca Juga: Cara Membuat Klepon Pandan Simpel Manis, Ikuti Resep Anti Gagal Berikut Ini
Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.
Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan dari jenis reptil yang kompleks.
Tubuh buaya yang streamline memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya menambah kecepatan pada saat berenang.
Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang, yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat, selaput ini amat berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai berenang.
Kaki berselaput juga merupakan keuntungan manakala buaya perlu bergerak atau berjalan di air dangkal. Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan juga di luar air.
Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat, yang dapat menggigit dengan kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai salah satu hewan dengan kekuatan gigitan yang paling besar.
Baca Juga: 5 Partai Berpotensi Gabung Gerbong Sanuji dan Fajar di Pilkada Lebak 2024
Gigi-gigi buaya berbentuk runcing dan sangat tajam berguna untuk memegangi mangsanya. Buaya menyerang mangsanya dengan cara menerkam sekaligus menggigit mangsanya itu, kemudian menariknya dengan kuat dan tiba-tiba ke air.
Oleh sebab itu, otot-otot di sekitar rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat. Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan gigitan tokek.
Akan tetapi sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya amat lemah. Para peneliti buaya cukup melilitkan pita perekat besar atau lakban beberapa kali atau mengikatkan tali karet ban dalam di ujung moncong, manakala ingin mengangkut binatang itu dengan aman.
Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang. (***)