BANTENRAYA.COM – Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen.
Langkah menaikan suku bunga diambil sebagai upaya untuk meredakan dampak risiko global yang sedang meluas dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Profesor Bambang D Suseno dari Pasca Sarjana Universitas Bina Bangsa mengatakan, Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanan besar terhadap nilai tukarnya dan mengalami arus modal keluar yang signifikan dalam 2 minggu terakhir.
Baca Juga: Jadwal Tayang Queen of Tears Episode 15 dan 16 Sub Lengkap dengan Sinopsis Serta Link Streaming
“Namun, tidak semua pihak setuju dengan keputusan ini. Banyak pihak menilai bahwa kenaikan BI Rate tidak tepat pada saat ini,” kata Bambang saat dikonfirmasi Bantenraya.com, Jumat 26 April 2024.
Menurutnya, nilai tukar rupiah sudah mulai stabil dalam beberapa hari terakhir, berkisar di sekitar Rp16.200 per dolar AS, sejalan dengan sentimen positif.
“Selain faktor eksternal, ada juga faktor internal yang melemahkan nilai tukar rupiah,” ujarnya.
“Seperti peningkatan permintaan valuta asing secara musiman setiap triwulan II untuk pembayaran utang, dividen, dan kupon ke nonresiden,” paparnya.
Selanjutnya, kenaikan nilai dolar AS dan pelemahan rupiah, bersama dengan situasi ekonomi global yang kompleks, akan berdampak langsung pada ekonomi nasional.
“Dampaknya akan terasa di sektor keuangan dan meningkatkan beban biaya ekonomi nasional secara keseluruhan,” katanya.
“Biaya produksi sektor riil diperkirakan akan meningkat, terutama bagi usaha yang mengimpor bahan baku dan penolong,” ungkapnya.
“Situasinya semakin rumit jika utang untuk produksi dalam Dolar AS, sementara penjualan barang untuk pasar domestik,” tutur Bambang.
Anggaran pemerintah menurut Bambang, dipastikan akan tertekan karena anggaran subsidi dan kompensasi energi akan meningkat.
Itu terutama karena sebagian besar kebutuhan energi domestik dipenuhi dari impor yang pembayarannya menggunakan dolar AS.
“Situasinya dapat semakin rumit jika harga minyak dunia tiba-tiba meroket karena konflik di Timur Tengah,” tutur Bambang.
Termasuk Bambang menyebut biaya utang, baik pemerintah maupun swasta, terutama dalam Dolar AS, juga akan meningkat.
Baca Juga: Rencana Koalisi Golkar dan Gerindra di Pilkada Kota Cilegon, Helldy Agustian Masih Irit Bicara
“Semua faktor ini berpotensi meningkatkan inflasi dan mendorong ekonomi menjadi biaya tinggi, yang pada akhirnya dapat melambatkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dan ekonomi lokal seperti Banten juga akan terimbas,” tukas Bambang. ***