BANTENRAYA.COM – Nelayan Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, nekat melaut, meski cuaca tengah ekstrem.
Nelayan Karangantu terpaksa melaut, karena untuk bertahan hidup mencari nafkah.
Salah satu nelayan Karangantu, Kadar mengatakan, saat ini tengah musim angin barat, sehingga nelayan kesulitan untuk melaut, karena ombak di tengah laut cukup tinggi. Namun, Kadar tetap memilih untuk melaut, karena demi kebutuhan sehari-sehari anak dan istrinya di rumah.
“Kewajiban. Mau nggak mau tetap harus berangkat (melaut-red),” ujar Kadar, kepada wartawan, ditemui di pelabuhan Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Senin 26 Desember 2022.
Baca Juga: Sudah Tahu Belum? Tarif Tol Tangerang Merak Bakal Segera Naik, Berikut Rincian Lengkapnya
Kendati nekat melaut, Kadar tidak berani melaut di perairan laut dalam, karena selama musim angin barat, ombak di perairan laut dalam cukup besar dan tinggi.
“Paling saya ke pulau kecil kayak di Pulo Mujan. Kalau di Pulo Mujan bisa neduh. Di situ gak ada badai, kalau di Pulo Amun ada badai,” ucap dia.
Menurut Kadar, bila kondisi tengah cuaca ekstrem jumlah rajungan cukup berlimpah, terutama di Pulo Mujan.
“Kalau cuaca lagi ekstrem biasanya rajungan banyak. Tapi itupun tergantung milik, kadang kosong kadang banyak, nggak bisa diprediksi,” katanya.
Serupa dikatakan nelayan Karangantu lainnya, Saripudin. Saripudin mengaku melaut dalam kondisi cuaca ekstrem taruhannya nyawa. Namun, lantaran demi kebutuhan sehari-hari, Saripudin pun nekat melaut.
“Ya perasaan takut mah ada. Ya kalau udah berangkat ya udah pasrah aja, gimana lagi risiko nelayan. Ini dipaksa-paksain ajah meski susah melaut dan yang penting bisa balik lagi dengan selamat,” tutur Saripudin.
Saripudin mengaku untuk hasil tangkapan pun tidak bisa diprediksi, karena cuaca lagi kurang mendukung.
Baca Juga: Kumpulan Ucapan Selamat Tahun Baru 2023, Penuh Harapan Kebaikan dan Menggugah Hati
“Hasil ya gimana nanti. Kan lagi cuaca kurang bagus. Karena tidak bisa memprediksinya keberadaan ikannya,” ungkapnya.
Saripudin menjelaskan, sebenarnya sekarang sedang musim rajungan, namun karena sedang musim angin kencang, rajungan hilang dan kosong.
“Sebelum musim angin barat, dirinya biasa mendapatkan rajungan antara 20 hingga 30 kilogram. Namun karena sekarang lagi musim angin barat paling mentok satu hingga dua kilogram rajungan,” terang Saripudin.
Saripudin berharap ketika para nelayan gagal melaut, pemerintah hadir membantu para nelayan, sehingga kebutuhan hidup sehari-harinya terpenuhi.
“Ya kepengennya kalau lagi gini (cuaca ekstrem -red) ada bantuan atau usaha lain, jadi dapur di rumah tetep ngebul. Tapi kan gimana kalau gak melaut, ngandelinnya dari hasil nelayan doang,” tandasnya. ***