BANTENRAYA.COM – Artikel ini akan menjelaskan sedikit asal mula Rebo Wekasan dari kacamata atau pandangan Islam.
Rebo Wekasan lebih dikebal Rabu terakhir di bulan Shafar, yang tahun ini jatuh pada Rabu, 21 September 2022.
Pada umumnya, Rebo Wekasan di kalangan kaum muslimin Indonesia dikenal sebagai hari sial, di mana pada hari tersebut turunnya ribuan bala’ atau musibah.
Baca Juga: Kritikan Najwa Shihab Tentang Gaya Hidup Polisi Tuai Pro Kontra, Begini Respon Kapolri
Benarkah pandangan populer yang sudah umum di kalangan kaum muslimin Indonesia mengenai Rebo Wekasan tersebut?
Adakah dalil di dalam Islam yang membicarakan atau menguatkan tentang kepercayaan Rebo Wekasan?
Dikutip Bantenraya.com dari akun Instagram @ponpesapikkaliwungu, bahwa Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Shafar yang diyakini sebagai hari sial.
Menurut penjelasan Ponpes APIK Kaliwungu, Kendal, keyakinan tersebut dilandasi pada keterangan sebagaian ulama tasawuf yang konon melihat turunnya ribuan bala’ atau musibah pada hari tersebut.
“Dari sudut pandang aqidah, keyakinan seperti itu sebenarnya justru membuka pintu bala’ itu sendiri sebab Allah memang menyesuaikan rahmat atas seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba itu sendiri,” jelas Ponpes APIK Kaliwungu, Kendal melalui akun Instagram-nya.
Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi sebagaimana berikut:
Baca Juga: TAMAT! Ending Serigala Terakhir Season 2: Alex Vs Reno Bertarung Sampai Akhir
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
“Aku sesuai persangkaan hambaku tentang diriku.” (Muttafaq ‘Alaihi)
“Berdasarkan hadits qudsi tersebut , daripada meyakini hari tersebut sebagai hari sial, kenapa kita tak meyakininya sebagai hari penuh berkah saja? Meyakini hari Rabu sebagai hari berkah justru punya landasan aqidah yang kuat,” terang Ponpe APIK Kaliwungu, Kendal.
Baca Juga: Banding Ferdy Sambo Ditolak, Pengacara Siap Melawan?
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa hari Rabu adalah hari di mana Allah menciptakan nur (cahaya) alam semesta.
خَلَقَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، …، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ
“Allah Yang Maha Agung menciptakan tanah di hari Sabtu, … dan menciptakan cahaya di hari Rabu…” (HR. Muslim)
Baca Juga: Penghapusan Listrik 450 VA Tidak Akan Terjadi, Berikut Keteasan dari Presiden Jokowi
Dalam al-Adab al-Mufrad, juga disebutkan
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ، مَسْجِدِ الْفَتْحِ، يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الثُّلَاثَاءِ وَيَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، فَاسْتُجِيبَ لَهُ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ مِنْ يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ قَالَ جَابِرٌ: وَلَمْ يَنْزِلْ بِي أَمْرٌ مُهِمٌّ غائِظٌ إِلَّا تَوَخَّيْتُ تِلْكَ السَّاعَةَ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ فِيهِ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ، إِلَّا عَرَفْتُ الْإِجَابَةَ.
Dari Abdurrahman bin Ka’ab, dia berkata: “Aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata: “Rasulullah berdoa di masjid ini, masjid al-Fath, pada hari Senin, Selasa dan Rabu, kemudian dikabulkan di hari Rabu di antara waktu dua Shalat [Dhuhur dan Ashar]”.
Jabir Berkata: “Tak pernah terjadi hal yang sangat penting bagiku yang aku sengaja menunggu waktu itu kemudian aku berdoa kepada Allah saat itu di antara dua shalat pada hari Rabu, kecuali setahuku pasti dikabulkan.” (al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, halaman 246)
“Keistimewaan hari Rabu sebagaimana disebutkan di atas tak hanya berlaku pada tanggal tertentu tetapi berlaku sepanjang masa setiap minggunya, tak terkecuali hari Rabu terakhir bulan Shafar,” lanjutnya.
“Di Kaliwungu sendiri biasanya para santri dan masyarakat menggelar do’a bersama seperti membaca Yasin, Tahlil, membaca Adz-dziba’i bahkan melaksanakan Sholat Hajat, dimulai pada malam Rabu ataupun pada Rabu paginya,” pungkasnya.***

















