BANTENRAYA.COM – Gunung Anak Krakatau atau GAK di Lampung Selatan, Provinsi Banten dinyatakan turun level dari level III siaga menjadi level II waspada.
Penurunan status Gunung Anak Krakatau dari level III siaga menjadi level II waspada disampaikan langsung oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kememterian ESDM) RI.
Dalam surat status Gunung Anak Krakatau yang diterima Bantenraya.com, Jumat 19 April 2024 tersebut ditunjukan kepada Kepala BNPB, Gubernur Lampung, Gubernur Banten, Bupati Lampung Selatan, Bupati Serang, Bupati Pandeglang, dan Walikota Cilegon.
Baca Juga: Viral! Dua Remaja di Kabupaten Lebak Duel Pakai Sajam di Tengah Jalan
Dalam surat tersebut dijelaskan penurunan status daril level III siaga menjadi level II waspada berdasarkan hasil evaluasi kegiatan GAK periode 1 sampai 19 April 2024.
Berikut ini penjelasan Kementerian ESDM terkait penurunan level Gunung Anak Krakatau.
Pengamatan Visual
Selama periode 1 – 19 April 2024 G. Anak Krakatau terlihat jelas hingga tertutup kabut. Dari Pos PGA Pasauran dan Kalianda.
Baca Juga: Prediksi Ending Santri Pilihan Bunda Episode 8, Ikut Versi Wattpad atau Novel ya?
Teramati hembusan asap (melalui pengamatan pandangan mata maupun melalui CCTV) berwarna putih dengan intensitas tipis. Ketinggian kolom asap berkisar antara 5 – 25 meter dari atas puncak Gunung Anak Krakatau.
Cuaca berawan hingga hujan, angin bertiup lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, dan barat laut. Suhu udara sekitar 25° – 32° C.
Pengamatan melalui Satelit Sentinel-5 Tropomi tanggal 1 – 19 April 2024 tidak memperlihatkan emisi gas SO2 dan anomali termal pada kawah Gunung Anak Krakatau.
Baca Juga: Rumah Warga Bagendung Kota Cilegon Roboh, Kelurahan Akui Sulit Bantu dari Program Pemerintah
Pengamatan Instrumental
1) Selama periode 1 – 19 April 2024, terekam 41 kali gempa Low Frequency, 16 kali gempa Hybrid/Fase Banyak, 72 kali gempa Tremor Menerus, 6 kali gempa Vulkanik Dalam, 2 kali gempa Tektonik Lokal, dan 11 kali gempa Tektonik Jauh.
2) Energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai perataan amplitudo RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) secara umum terlihat berfluktuasi dengan energi rendah.
Pemantauan deformasi dengan menggunakan metode Tiltmeter periode 1 – 19 April 2024 yang dipasang di Stasiun KRAS, Lava-93, dan Hubla memperlihatkan pola fluktuatif dengan kecenderungan menurun (deflasi) pada komponen Y.
Evaluasi
1) Hasil pemantauan selama periode 1 – 19 April 2024, aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau tidak menunjukkan adanya fenomena letusan.
2) Jumlah kejadian gempa vulkanik yang berasosiasi dengan aktivitas magmatik dangkal seperti gempa Low Frequency, Hybrid, dan Tremor memperlihatkan fluktuasi dalam jumlah rendah dengan rata-rata kejadian kurang dari 10 dalam setiap hari.
Sementara itu, gempa yang berasosiasi dengan suplai magma, berupa Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal terekam dengan jumlah sangat rendah, rata-rata kejadian kurang dari 10 dalam setiap hari.
Baca Juga: Trafik Internet XL Axiata di Kabupaten Pandeglang Naik 30 Persen Saat Libur Lebaran
Energi kegempaan Gunung Anak Krakatau yang tercermin pada grafik nilai RSAM yang memperlihatkan pola fluktuatif dengan energi rendah.
3) Data pemantauan deformasi menggunakan tiltmeter menunjukkan tubuh Gunung Anak Krakatau periode 1 – 19 April 2024 secara umum cenderung mengalami deflasi atau penurunan tekanan.
4) Berdasarkan data pemantauan periode 1 – 19 April 2024, aktivitas magmatik Gunung Anak Krakatau memperlihatkan kecenderungan penurunan.
Baca Juga: Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Persawahan Cibadak Kabupaten Lebak, Korban Pembunuhan?
Rekomendasi
1) Berdasarkan data pengamatan visual dan instrumental, serta prakiraan potensi bahayanya, maka tingkat aktivitas Gunungapi Anak Krakatau diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada) terhitung
mulai tanggal 19 April 2024 pukul 12.00 WIB, dengan rekomendasi potensi ancaman bahayanya sesuai peta KRB G. Anak Krakatau pada Level II (Waspada), yaitu :
a) Masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 km dari kawah aktif untuk menghindari potensi terdampak oleh lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.
b) Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunungapi Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat.***