BANTENRAYA.COM – Fenomena gerhana bulan total menjadi salah satu gejala alam yang terjadi.
Peristiwa gerhana bulan total terjadi ketika posisi bulan, matahari, dan bumi sejajar.
Saat gerhana bulan total, bulan masuk ke umbra bumi dan ketika puncak gerhana terjadi, bulan akan terlihat berwarna merah atau biasa disebut dengan Blood Moon.
Baca Juga: Sudah Tahu Belum? Simak Tata Cara Sholat Gerhana Bulan Total Secara Lengkap
Banyak diriwayatkan dari para sahabat Rasulullah bahkan, istri Rasulullah Sayyidah Aisah jika ada beberapa hal yang dilakukan Rasulullah SAW saat ada gerhana bulan maupun matahari.
Beberapa amalan tersebut yakni berdoa, bertakbir, salat gerhana dan bersedekah.
Di sisi lain muncul pertanyaan apakah perempuan bisa melakukan salat gerhana, termasuk juga ikut berjamaah sholat gerhana.
Baca Juga: PASTIKAN NAMAMU ADA! Ini Cara Cek Penerima Set Top Box Gratis dari Pemerintah Hanya dengan NIK
Menurut sejumlah hadits hal tersebut diperbolehkan, termasuk juga berjamaah. Sebab, halite juga yang dilakukan Istri Rasulullah Aisyah RA.
Dikutip Bantenraya.com dari berbagai sumber, diriwayatkan dalam hadits riwayat (HR) Bukhari Nomor 1044, jika adanya matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan Allah.
Bahkan, dalam hadits tersebut juga menolak adanya mitos yang dikaitkan dengan kematian dan kelahiran seseorang sebagaimana muncul dalam berbagai mitos di masyarakat.
Baca Juga: 3 Contoh Puisi Hari Pahlawan 2022 untuk Anak SD, SMP, SMA Penuh Makna Perjuangan
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah sholat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044).
Di sisi lain banyak riwayat ulama juga menyatakan, jika salat gerhana juga sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah, sebagaimana disampaikan Ibrahim al-Bajuri dalam kitabnya Al Islamiyyah.
“Shalat gerhana matahari disyariatkan pada tahun kedua hijriyah, sedangkan sholat gerhana bulan menurut pendapat yang kuat (rajih) pada tahun kelima hijriyah bulan Jumadal Akhirah. (Lihat Ibrahim al-Baijuri, Hasyiyah al-Baijuri, Hasyiyatus Syeikh Ibrahim al-Baijuri, Indonesia, Darul Kutub al-Islamiyyah, 1428 H/2007 M, juz I, halaman 434).
Lalu ada hadis lainnya dari HR BUkhari dan Muslim yang berbunyi:
“Sungguh, gerhana matahari dan bulan tidak terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Ta’ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan gerhana bulan, bangkit dan shalatlah kalian. (HR Bukhari-Muslim).
Selanjutnya ada juga hadist yang menyampaikan tidak ada larangan untuk kaum perempuan juga ikut berjemaah sholat gerhana.
Baca Juga: Link Nonton Drakor Cheer Up Episode 10 Sub Indo, Bukan di Dramaqu, Drakorindo dan Telegram
“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha -isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan sholat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: “Kenapa orang-orang ini?” Aisyah
mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata:
“Subhanallah (Maha Suci Allah)”. Saya bertanya: “Tanda (gerhana)?” Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.” (HR. Bukhari no. 1053). ***