BANTENRAYA.COM – Pemkab Lebak belum berencana memperbaiki jembatan gantung viral yang hampir membuat seorang pengendara motor terperosok ke sungai.
Jembatan gantung itu sendiri menjadi penghubung Desa Pasirgombong-Cisuren, Kecamatan Bayah yang dipisahkan oleh Sungai Cimadur.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, jembatan gantung tersebut memiliki panjang hampir 60 meter dengan lebar sekitar 1,2 meter.
Baca Juga: Masih Ingat Kasus Mutilasi di Gunungsari? Terdakwa Kini Telah Divonis Mati
Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Lebak, Syarifudin menjelaskan alasan Pemkab Lebak belum berencana melakukan perbaikan lantaran keterbatasan anggaran.
Selain itu, jembatan itu juga menjadi penghubung dua jalan desa di lokasi tersebut.
“Kita paham desa tentu tidak punya anggaran. Tapi memang Pemkab Lebak juga saat ini belum ada rencana karena keterbatasan anggaran juga,” tuturnya.
Baca Juga: Drakor My Girlfriend Is The Man Episode 8 Sub Indo: Spoiler dengan Link Nonton Full Movie
“Selain itu juga ada akses lain yang bisa dipilih warga meski harus agak memutar,” kata Syarifudin kepada Bantenraya.com, Kamis 14 Agustus 2025.
Syarifudin juga mengungkapkan bahwa sebelumnya, jembatan tersebut sempat diusulkan oleh Pemkab Lebak agar diperbaiki melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Krakatau Steel.
Namun, melihat perkiraan kebutuhan anggaran serta aksesibilitas di lokasi tersebut, PT Krakatau Steel membatalkan.
“Jadi mereka rupanya meminta agar program CSR itu untuk jembatan-jembatan yang terlalu panjang dan lokasinya masih di wilayah utara Lebak,” ungkapnya.
Sebelumnya diketahui bahwa jembatan tersebut sempat viral di media sosial. Hal itu terjadi akibat kondisinya yang sudah cukup rusak.
Dalam video yang sempat beredar, bahkan terdapat seorang pengendara motor yang hampir terperosok. Beruntung, motor tersebut tersangkut pada sebuah taling sling.
“Jembatan ini dibangun tahun 2005 oleh PT Antam sebagai bagian dari program CSR mereka,” ungkapnya.
“Setelah 19 tahun digunakan, kondisi jembatan memang semakin parah karena usia dan beban yang melewati melebihi kapasitas awal,” kata Kepala Desa Pasirgombong, Hardi Yusuf, saat dikonfirmasi belum lama ini.
Meski jembatan tersebut hanya bersifat alternatif, Hardi menuturkan bahwa penggunaan jalan tersebut oleh masyarakat dapat memangkas waktu perjalanan, ketimbang harus memutar lebih jauh dan memakan ongkos yang lebih besar.
“Warga Desa Cisuren dan Pasirgombong setiap hari melintasi jembatan ini, baik dengan berjalan kaki maupun menggunakan sepeda motor. Mereka tidak punya jalur alternatif yang lebih dekat,” tuturnya.
Menurut Hardi, pemerintah desa sudah beberapa kali mengusulkan perbaikan ke pemerintah daerah dan kementerian terkait.
“Namun, hingga sekarang belum ada tindak lanjut yang jelas. Kami berharap kejadian kemarin menjadi perhatian agar segera ada anggaran perbaikan,” ucapnya.
Hardi mengimbau masyarakat untuk berhati-hati saat melintasi jembatan. Menurutnya saat ini, kondisinya sudah miring.
“Kami sudah pasang tanda peringatan dan meminta warga agar tidak melintas dengan beban berlebih atau berboncengan karena kondisi jembatan benar-benar tidak stabil,” kata Hardi. ***



















