BANTENRAYA.COM – Kelompok 58 Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Bina Bangsa, menghadirkan tungku pembakaran sampah minim asap untuk warga Kadongdong, Desa Nameng.
Proses pembuatan tungku ini menghabiskan waktu hingga dua hari, yang dirancang khusus untuk menghasilkan asap seminimal mungkin, mengusung tema “Mengelola Sampah dengan Bersih, Udara Tetap Sehat”.
Program ini lahir dari keprihatinan Kelompok 58 KKM Uniba terhadap kebiasaan membakar sampah secara terbuka yang umum dilakukan masyarakat. Kebiasaan tersebut kerap menimbulkan asap pekat yang mengganggu kesehatan pernapasan dan mencemari udara.
Baca Juga: 4 Hotel Nunggak Pajak Bumi dan Bangunan, Bapenda Kabupaten Pandeglang Spill Nama-namanya
Melihat kondisi itu, mahasiswa Kelompok 58 KKM Uniba berinisiatif menciptakan fasilitas pembakaran sampah yang lebih aman, efisien dan ramah lingkungan. Pengerjaan tungku dilakukan secara gotong royong bersama warga.
Tahapan dimulai dari menentukan lokasi dan ukuran tungku, menyusun bata ringan dengan perekat semen, membentuk ruang pembakaran dan cerobong asap, hingga merapikan sambungan dengan plesteran semen.
Setelah proses selesai, tungku dibiarkan mengering hingga siap digunakan. Selain pembangunan, Kelompok 58 KKM Uniba juga mengadakan sosialisasi kepada warga mengenai cara penggunaan tungku, manfaatnya serta pentingnya membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
Baca Juga: Persentase Turun, 79.520 Warga Kabupaten Serang Masih Jadi Pengangguran
Ketua RT Kampung Kadongdong Arief yang turut hadir dalam proses pembuatan tungku sampah tersebut memberikan apresiasi terhadap upaya Kelompok 58 KKM Uniba.
“Dengan adanya tungku ini, pembakaran sampah bisa lebih tertib dan tidak lagi mengganggu lingkungan. Kami berharap warga bisa memanfaatkannya dengan baik,” ucapnya.
Fikar, di bidang teknologi tepat guna Kelompok 58 KKM Uniba menjelaskan, tungku ini merupakan bentuk solusi langsung untuk masalah yang dirasakan warga sehari-hari.
Baca Juga: BRI Salurkan Rp1.137,84 Triliun untuk UMKM, Dorong Ekonomi Grassroot
“Bukan hanya soal membakar sampah, ini tentang mengubah kebiasaan. Selama ini, asap dari pembakaran terbuka sering membuat udara sesak dan kotor. Dengan tungku minim asap, kami ingin membantu warga tetap bisa mengelola sampah tanpa harus merugikan kesehatan dan lingkungan,” ungkapnya.
Harapannya, tungku pembakaran minim asap ini menjadi awal dari perubahan kebiasaan warga dalam mengelola sampah, sehingga lingkungan tetap bersih dan udara tetap terjaga kualitasnya.
Program ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi mahasiswa, dan masyarakat dapat melahirkan solusi yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. ***