BANTENRAYA.COM – Permainan tradisional layang-layang tak lekang oleh zaman, meskipun sekarang banyak game online bermunculan di smartphone.
Bermain layang-layang masih menjadi hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak.
Salah seorang penjual Layang-layang di Kota Serang Marfuah mengatakan, sudah 40 tahun ia menggeluti usaha tersebut.
Baca Juga: HUT Kota Serang ke-18 Tahun 2025: Cek Tema, Link Logo dan Filosofinya di Sini!
Apabila musim kemarau dan berangin, omzet penjualan bisa mencapai Rp90 juta dalam satu bulan.
“Kalau lagi musimnya itu, dalam dua hari itu bisa habis satu mobil, isinya ada 100 ball, dan tiap balnya itu berisi 100 layangan dijual dengan harga Rp75 ribu,” kata Marfuah kepada Banten Raya, di Jalan Raya Banten Nomor 42, Lopang, Kota Serang, Senin 4 Agustus 2025.
Toko layang-layang miliknya bernama Babus Salam, menjual berbagai jenis layang-layang dengan bentuk segi empat, mulai dari bahan plastik dan karton dengan berbagai ukuran.
Baca Juga: Jangan Skip! Ide Hadiah Lomba HUT RI 17 Agustus, Low Budget Tapi Sangat Bermanfaat
“Kalau di total sih ada sebanyak 11 jenis layangan disini. Termasuk gelasan juga banyak sekali varian yang bisa dibeli mulai dari harga Rp5 ribu sampai yang paling mahal itu Rp350 ribu, biasanya untuk perlombaan,” imbuhnya.
Meski sedang tidak musim layang-layang, dalam satu hari Mufridah mampu menjual sebanyak lima sampai 10 ball layangan, karena ia menjual dalam kapasitas banyak.
“Bisa dijual secara grosir atau eceran, kalau di ecer harga per layang-layang itu Rp2.000. untuk layang-layang ini dikirim dari Bandung, kalau habis kita bisa pesan lagi,” ujar Marfuah.
Baca Juga: 4 Inspirasi Outfit untuk Wanita Pada Peringatan HUT RI 2025, Dijamin Kece dan Cantik
Pelanggan setianya datang dari berbagai daerah di Banten, seperti Labuan, Cikande, hingga Rangkasbitung, yang melakukan pembelanjaan dalam jumlah besar.
“Saya juga sengaja jual harga layang-layang lebih mahal secara eceran, supaya para pengecer lainnya bisa dibeli oleh konsumen, dan saya lebih fokus pada penjualan grosir,” jelasnya.
Sementara itu, Pengerajin layang-layang Ade Muhtadi mengatakan, untuk berjualan dirinya hanya melakukannya setiap musim, karena bentuk dan ukuran yang tidak hanya segi empat.
Baca Juga: Elon Musk dan Budaya Delegasi dalam Game: Mengapa Boosting Menjadi Solusi Modern
“Nama layangan yang saya buat ini segon, atau peteng, bisa juga membuat yang lebih sulit namanya lam-lam, kalau lagi musim gini lumayan bisa Rp200 ribu per hari,” cakapnya.
Menurutnya, sejak dirinya kecil sampai saat ini, layangan masih diminati oleh anak-anak karena harga yang terjangkau.
“Saya punya keahlian sejak kecil, dan sampai saat ini masih menjadi kegemaran anak-anak, baik yang di kota maupun di perkampungan,” kata Adi.***