BANTEN RAYA.COM – Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Provinsi Banten Nana Supiana membantah tudingan mengenai kinerja dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang dianggap tak becus dalam mengendalikan harga pangan di Provinsi Banten.
Dirinya menyebutkan, jika kenaikan harga yang terjadi saat ini hanya karena tingkat konsumsi masyarakat yang kian meningkat.
“Kan tingkat konsumsi (melonjak, red), tidak hanya Banten, tapi ini se-Indonesia dan ada di kabupaten kota, provinsi dan nasional tim TPID ini,” kata Nana, Senin (10/3/2025).
Nana menuturkan, penilaian kinerja TPID itu dilihat dari seberapa mampu mengendalikan kenaikan harga. Karena, kata dia, sejauh ini inflasi di Banten masih terkendali sangat baik.
“Kalau harga itu tidak bisa dikendalikan, bolehlah (disalahkan, red). Karena berarti ada kinerja yang dianggap kurang, tapi selama ini Banten tren harganya masih terkendali, keterjangkauan harga terjaga,” tuturnya.
“Kalau ada satu komunitas tidak terkendali boleh (dinyatakan tak becus, red), tapi ini masih posisi Banten baik-baik saja ya posisi,” tambahnya.
Baca Juga: Bantah Video Hoax di TikTok, Baznas Kabupaten Serang Tidak Berpolitik
Nana mengatakan, hal penting bagi pemerintah yakni menjadi agar harga stabil, stok barang terpenuhi dan kelancaran dalam pendistribusian.
“Karena kenaikan ini kan bisa jadi yang untung pedagang. Kalau kita banjiri pasar (perbanyak pasokan, red) harga turun, kasian juga pedagang. Yang penting itu stabilitas terjaga, keterjangkauan harga tetap dapet, si pedagang juga tetep untung dan daya beli tetap bagus,” jelasnya.
“Kalau deflasi, nahan beli, rugi juga. Jadi inflasi dan deflasi harus stabil. Poin pentingnya kita menjaga daya beli masyarakat. Kalau daya beli masyarakatnya cukup barangnya nggak ada? Salah juga. Jadi tetap keseimbangan yang dijaga,” sambungnya.
Saat ditanya mengenai harga cabai yang melonjak naik cukup signifikan, Nana berdalih jika kenaikan harga itu bukan hanya terjadi di Banten, tapi seluruh Indonesia.
“Cabe ini kan trennya (naik, red) se-Indonesia memang. Berarti kan harus ada sentra yang kelebihan kita ambil untuk dipasok di Banten,” jawabnya.
Sementara itu sebelumnya, Pengamat Kebijakan Publik, Adib Miftahul menyoroti melonjaknya harga kebutuhan bahan pokok saat memasuki Ramadan.
Baca Juga: Pengajuan Hibah Bansos Kota Cilegon Anggaran Tahun 2026 Dibuka
Dirinya menilai, TPID Provinsi Banten tidak mampu menjadi problem solving (pemberi solusi) dalam mengendalikan harga. Sebab, meski rajin menggelar rapat, kenaikan harga terus terjadi dan tidak dapat diantisipasi.
Selain itu, kenaikan harga ini, kata dia, merupakan kebiasaan yang sering terjadi di setiap tahunnya saat memasuki bulan Ramadan. “Seharusnya dapat diantisipasi, karena sudah rutin terjadi,” kata Adib.
Adib menilai, kejadian yang berulang-ulang dan cenderung tidak terantisipasi ini menandakan bahwa rapat-rapat yang dilakukan TPID tidak bisa menekan dan menyelesaikan permasalahan tahunan tersebut. “Jadi rapat-rapat yang digelar (TPID) itu hanya mubazir anggaran, nggak ada gunanya. Kan tiap tahun begini (selalu melonjak, red),” katanya.
“Karena berulang-ulang seperti ini nih. Nanti mau Idul Fitri begini (mahal, red) lagi, mau Natal, tahun baru begini (mahal, red) lagi. Jadi sebenarnya mereka tuh digaji gede-gede buat ngapain? kan itu pertanyaannya,” tambahnya. (***)