BANTENRAYA.COM – Orang Banten wajib tahu, apa itu tradisi qunutan yang biasa dilakukan pada pertengahan bulan puasa Ramadhan.
Sebagaimana diketahui istilah qunutan sering muncul dan sering didengar oleh masyarakat Banten di bulan Ramadhan Ini.
Saat ini juga akan memasuki 15 hari puasa Ramadhan dimana sebagian masyarakat Banten akan melakukan tradisi qunutan tersebut.
Baca Juga: Santri Pilihan Bunda Episode 5 6 7 dan 8 TAMAT: Spoiler, Jadwal Tayang dan Link Nonton Resmi
Tapi, ngomong-ngomong Qunutan tradisi apa? Apa maksud dan tujuan diadakannya tradisi tersebut? Simak informasi selengkapnya sebagai berikut.
Dikutip Bantenraya.com dari serangkab.go.id pada pertengahan bulan suci Ramadhan atau 15 menuju 16 Ramadhan tradisi warga Banten khususnya Kabupaten dan Kota Serang mengadakan qunutan dan lepet.
Tradisi ini dilakukan turun temurun oleh warga Banten. Namun belum ada yang memastikan sejak kapan tradisi ini muncul.
Tradisi masyarakat Banten ini dilakukan oleh tiap-tiap rumah memasak olahan ketupat atau lepet yang ditemani dengan opor ayam.
Pembuatan kupat dan lepet biasa dilakukan satu hari sebelum 15 Ramadhan karena memakan waktu yang cukup lama.
Namun, pengisian dan perebusan dilakukan pada malam hari atau pagi hari di waktu 15 puasa Ramadhan.
Baca Juga: Anti Gagal, Cara Memasak Ketupat yang Benar dan Simpel Agar Rasanya Nikmat dan Pulen
Walupun belum ada yang memastikan kapan munculnya tradisi tersebut, namun ada yang menyebutkan tradisi itu telah berlangsung sejak zaman Kesultanan Demak.
Tepatnya saat Kesultanan Demak melakukan perluasan pengaruhnya ke daerah barat pada 1524.
Sultan Cirebon dan Sunan Gunung Jati yang dibantu pasukan Demak menduduki Pelabuhan Banten dan mendirikan Kesultanan Banten.
Baca Juga: Nonton Beauty Newbie Episode 11: Berkali-kali Ditolak, Guy Akhirnya Minta Saint untuk Jaga Liu?
Kemudian dengan maksud untuk meraih berkah pada bulan suci Ramadhan, ketupat pun dibagi-bagikan.
Bahkan menurut Lurah pondok salafi Bani Rijah Bojonegara Saefullah mengatakan, tradisi kupatan merupakan bentuk Akulturasi Budaya Lokal dan Ajaran Islam dalam tradisi masyarakat Jawa.
“Tradisi qunutan tidak hanya ada Banten saja, melainkan ada pada beberapa daerah yang ada di Indonesia, antara lain daerah Lampung dan Jawa, ini menunjukkan adajya akulturasi (percampuran) budaya lokal dan ajaran Islam,” tuturnya.
Baca Juga: Asyik Bungkus Ribuan Butir Tramadol dan Hexymer, Warga Kopo Diciduk Polisi
“Dalam filosofi Jawa, ketupan memiliki makna khusus. Yaitu ketupat atau kupat yang merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat,” ungkapnya.
Biasanya pada malam hari menjelang 16 Ramadhan setelah taraweh masyarakat Banten khususnya yang laki-laki akan melakukan ngariung atau tahlilan.
Namun, banyak juga yang melakukan ngariung aau berkumpul untuk acara qunutan pada sore hari atau setelah waktu Ashar.
Baca Juga: Hendak Perang Sarung, Para Pemuda Keburu Kena Ciduk Polres Pandeglang
Ngariung merupakan upacara adat yang dilakukan dengan berdoa bersama di dalam masjid dengan tujuan mengharapkan keberkahan dari Allah SWT.
Di dalam ngariung tersebutlah setiap orang akan membawa ketupat yang telah dimasak untuk dibagikan kepada masyarakat lainnya.
Hal itu bertujuan untuk memberi sesama manusia dengan sama rata tanpa adanya tinggi dan rendah.
Nah itulah tradisi qunutan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Banten pada pertengahan bulan puasa Rmadahna.***