BANTENRAYA.COM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Banten, mencatat realisasi masyarakat yang memanfaatkan ketersediaan uang Rupiah selama Ramadan baru 1,91 triliun atau 41,88 persen.
Deputi KPw Bank Indonesia Banten Jajang Hermawan mengatakan, capaian tersebut masih akan terus bertambah besar, apalagi mendekati momen Hari Raya Idul Fitri 2024 baik untuk kebutuhan penukaran uang, transaksi kas keliling hingga pembayaran bank.
“Ini biasanya akan meningkat pada akhir Ramadan, dan bisa terealisasi dari target Rp4,57 triliun,” kata Jajang dalam Media Taklimat Perkembangan inflasi dan Kesiapan Pendistribusian Uang Layak Edar menjelang Hari Raya Idul Fitri, Kota Serang, Selasa 2 April 2024.
Baca Juga: Cegah Kecurangan, Diskoumperindag Kabupaten Serang Periksa Takaran SPBU
Jajang menjelaskan lebih rinci, rata-rata jumlah penukaran uang masyarakat Banten mencapai Rp1,2 miliar dalam satu hari. Tercatat untuk penukaran uang sudah terealisasi 19,3 miliar.
“Adapun nominal yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah pecahan Rp5.000, Rp10.000 dan Rp20.000,” imbuhnya.
BI Banten juga menghimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai peredaran uang palsu, ditengah meningkatnya transaksi menjelang Idul Fitri.
Baca Juga: Dishub Kerahkan 132 Personel, Pemudik Diimbau Waspadai Kemacetan di Serang Timur
“Kami berhasil menemukan uang Rupiah yang diragukan keasliannya sebanyak 516 lembar, masyarakat diharapkan lebih teliti dengan cara dilihat, diraba dan diterawang,” papar Jajang.
Sementara itu, Deputi Kepala BI Banten Hario K Pamungkas menyampaikan, kondisi perekonomian Banten pada saat Ramadan mencatat inflasi yang tinggi, mencapai 3,42 persen. Angka tersebut masih dinilai terkendali karena masih berada dibawah target inflasi nasional sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen.
Baca Juga: Bukan Lagi Eskul Wajib untuk Siswa, Pramuka Lebak Tolak Peraturan Permendikbudristek
“Ini sesuai dengan prediksi karena Ramadan jadi kebutuhan meningkat, yang menjadi penyebab peningkatan inflasi karena masih cukup tingginya harga pakan ayam, ini akan menjadi komponen meningkatkan harga ayam dan telur yang menjadi penyumbang inflasi pada Maret 2024,” ujarnya.
Beberapa strategi yang perlu dilakukan untuk mengendalikan tingkat inflasi diantaranya dengan melakukan penyaluran pupuk bersubsidi, meningkatkan indeks pertanian hingga peningkatan peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
“BUMD ini berperan sebagai penyimpanan cadangan pangan, serta penyerap produksi daerah. Diharapkan baik di tingkat daerah maupun provinsi bisa berkoordinasi dengan baik,” kata Hario. ***