BANTENRAYA.COM- Trio hijaber, anggota band metal Voice of Baceprot (VOB) ditanya bagaimana soal adanya pandangan yang berpendapat musik adalah sesuatu yang haram. Jawaban yang disampaikan grusp musik rock asal Garut ini mengejutkan.
Dikutip bantenraya.com dari YouTube @NarasiTV, sang host mendatangi ketiga personel Voice of Baceprot di Garut, Jawa Barat. Dia bertanya bagaimana terkait pandangan musik adalah sesuatu yang haram. Bahkan beberapa musisi sampai meninggalkan dunia musik karena meyakini pendapat itu.
Voice of Baceprot sendiri beranggotakan tiga perempuan muda berhijab. Mereka adalah Firdda Marsya Kurnia di posisi vocal dan gitar, Euis Siti Aisyah di posisi drums, dan Widi Rahmawati di posisi bass.
Baca Juga: 2 Pemakai Ganja di Pandeglang Dibekuk Polisi di Rumahnya
Firdda Marsya Kurnia mengaku pernah juga memikirkan soal musik yang dihukumi haram oleh ulama. Lalu dia pun mencoba mempelajari mengapa ulama mengharamkan musik.
Dari penelusuran yang dia temukan, ternyata mayoritas ulama yang mengharamkan musik menyebut musik sebagai al-malahi atau alat-alat yang melalaikan atau membuat lupa akan kewajiban, misalkan ibadah.
Bila dasar argumentasinya adalah seperti itu, maka bila bermain musik tidak berlebihan dan tidak sampai meninggalkan kewajiban artinya bermain musik adalah boleh atau tidak haram.
Baca Juga: Peringati Hari Listrik Nasional ke-76, PLN Luncurkan Promo Super Dahsyat Tambah Daya Hanya Rp202.100
“Kalau logikanya seperti itu aku pikir harusnya kalau enggak secara berlebihan boleh dong. Soalnya kan kita tetap solat, tetap ngaji, ibadah kita enggak ada yang kita tinggalin. Insya Allah,” kata Firdda.
Firdda menuturkan, bila alasan ulama mengharamkan musik karena berlasan khawatir mereka yang bermain musik lupa dengan kewajiban seharusnya hal yang sama juga bisa diterapkan hukumnya pada sesuatu yang lain. Poinnya adalah pekerjaan yang membuat seseorang lupa akan kewajiban yang dia miliki.
“Terus kalau misal alasannya karena takut lupa sama kewajiban harusnya bukan cuma musik. Ngurus kambing aja kalau buat lupa harusnya jadinya haram. Logikanya kita seperti itu,” ujarnya.
Baca Juga: Sepi Pengunjung, Penjual Ikan Asin Keliling di Pantai Carita Pandeglang Mengeluh Turun Omset
Firdda menuturkan, ketika ada perdebatan di antara sejumlah ulama, ada yang berpendapatan mengharamkan sesuatu, ada yang menghukumi makruh, dan ada yang menghalalkan, tidak pernah mereka ribut karena berbeda pendapat. Para ulama itu tetap menghargai pendapat ulama lain yang berbeda dengannya.
“Secara logika kita dikasih akal, pikiran, dan hati untuk memilih. Dan tugas kita sebagai sesama manusia kan seharusnya mengjormati pilihan itu tanpa harus menghakimi,” ujarnya. ***