BANTENRAYA.COM – Pesantren tidak hanya mengajarkan para santrinya tentang ilmu agama, namun pesantren membekali dengan berbagai keterampilan.
Dengan demikian, para santri menjadi manusia serba bisa setelah mereka keluar dari pesantren dan terjun ke masyarakat.
Seperti santri di pondok pesantren (Ponpes) Al Chikmatul Muballigoh yang berlokasi di Desa Sindangheula, Kecamatan Pabuaran yang mampu membuat paving block dari sampah plastik.
Pembuatan paving block dilakukan setelah kegiatan mengaji selesai.
Pembuatan paving block yang dilakukan secara manual berawal dari banyaknya sampah, terutama sampah plastik yang dihasilkan para santri.
Hal itu membuat pengurus pesantren berinisiatif mengelola sampah tersebut untuk sesuatu yang beramnfaat dan bernilai ekonomis.
Baca Juga: Mengenang Awal Perjumpaan Nathalie Holscher Sebelum Gugat Cerai Sule, Ternyata Berawal dari Candaan
“Saya berpikir kalau sampah plastik tidak dikelola dengan baik akan terus menumpuk,” pengurus pensantren ustadz Dahroni, Kamis 7 Juli 2022.
“Akhirnya saya ngobrol-ngobrol sama orang desa dan melihat-melihat di youtube ternyata bisa dibuat menjadi paving block, akhirnya kita coba dan berhasil,” ujarnya.
Adapun bahan yang digunakan untuk membuat paving block berupa kantong kresek, botol dan gelas air mineral, styrofoam, dan bahan-bahan lain yang berbahan dasar plastik.
Baca Juga: CATAT! Berikut 5 Tipe Orang yang Harus Ada di Circle Kalian, Salah Satunya The Grateful
“Prosesnya semua sampah dibakar setelah mencair dikasih oli sesuai takaran, terus dikasih sedikit pasir agar padat baru kemudian dicetak,” katanya.
Ia mengungkapkan, paving block yang dihasilkan lebih keras dan kuat namun kekurangannya tidak bisa dijadikan tempat pembakaran karena akan meleleh.
“Pembuatan berjalan terus tapi sehari paling dapat tiga buah karena santri membuatnya setelah ngaji dan untuk satu buah paving block dibutuhkan dua setengah karung sampah plastik,” ungkapnya.***