BANTENRAYA.COM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Banten, menyoroti soal anomali terkait dengan tingkat pengangguran terbuka atau TPT ditengah pertumbuhan ekonomi yang cukup solid di Provinsi Banten.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, tingkat pengangguran mengalami peningkatan menjadi 6,69 persen pada bulan Agustus 2025, sementara pertumbuhan ekonomi Banten tumbuh 5,29 persen.
Kepala BI Provinsi Banten Ameriza M Moesa mengatakan, hal ini menjadi persoalan lantaran Banten belum memiliki sektor pekerjaan inklusif yang menyerap daerah Banten Selatan.
“Nah ini yang selalu dikomentari Banten belum menemukan sektor ekonomi yang bersifat inklusif, dan ini yang kurang oleh sebab itu, anomali masalah itu akan selalu ada,” kata Ameriza belum lama ini.
Sektor inklusif yang dimaksud adalah selain industri pengolahan, meliputi pariwisata, perdagangan, perkebunan, peternakan dan pertanian yang perlu dioptimalkan.
BACA JUGA: Lowongan Kerja Cilegon di PT Samudera Bahana, Simak Persyaratannya
“Kalau industri pengolahan kan memang butuh tenaga high skill seperti besi dan baja, dan bisa dilihat sebaran tingkat pengangguran ini pasti berada di wilayah Banten Selatan,” cakapnya.
BI Banten juga mencatat tingkat kredit macet mengalami peningkatan non performing loan (NPL), yang mencapai 3 persen. Mencerminkan para investor masih melakukan strategi wait and see dalam ketegangan ekonomi global.
“Npl naik, dilihat dari ekonomi makro memang ada tekanan, banyak pengusaha yang kemungkinan melakukan wait and see sehingga NPL naik, tapi masih dibawah toleransi 5 persen,” jelas Ameriza.
Deputi Kepal KPw BI Provinsi Banten Rawindra Ardiansah menambahkan, kaitan dengan tingkat pengangguran dan kredit macet yang tinggi sejalan dengan dana pihak ketiga (DPK).
“Ini kaitannya dengan DPK secara total turun dan yang paling tinggi terjadi pada giro dan deposito, termasuk kredit konsumsi turun kalau di Banten masih mendominasi kredit konsumsi, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kita,” ungkap Rawindra.
BACA JUGA: BEM Unival Dorong Mahasiswa Kritis Lewat Sekolah Advokasi
Meski demikian, kredit investasi tercatat mengalami peningkatan, serta daya beli masyarakat yang masih terbilang cukup aman berdasarkan indeks kepercayaan konsumen (IKK).
“Angkanya itu masih 120, dan masih baik, kalau sudah dibawah 100 artinya resesi,” kata Rawindra.***



















