BANTENRAYA.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten diminta untuk segera melakukan operasi pasar (OP) sebagai langkah stabilisasi harga di pasaran. Sebab, saat ini Banten tengah menghadapi isu deflasi.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh salah seorang pengamat ekonomi yang juga dosen di Universitas Bina Bangsa, Bambang Dwi Suseno.
Ia mengatakan, berdasarkan Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik (BRSBPS) Banten pada Oktober 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 1,94 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,61.
Baca Juga: Diterjang Pohon Tumbang, 12 Rumah Warga Pulosari Pandeglang Porak Poranda
Kemudian, inflasi bulan ke bulan (m-to-m) Banten yakni sebesar 0,14 persen, dan inflasi tahun kalender (year to date/ y-to-d) sebesar 0,93 persen.
Dari angka tersebut, kata dia, menunjukan bahwa adanya penurunan daya beli masyarakat di pasaran. Bambang menuturkan, jika dibandingkan dengan tahun lalu, angka tersebut relatif turun cukup signifikan. Dimana pada tahun lalu pada bulan yang sama, angka inflasi Banten yakni sebesar 2,35 persen.
“Daya belinya juga turun, makanya deflasi. Bukan inflasi, kalau inflasi masih bagus, sekarang deflasi. Ini kan turun dari tahun lalu dengan tahun sekarang,” kata Bambang, Minggu, 3 November 2024.
Baca Juga: GRATIS! Download Logo dan Banner Hari Pahlawan 10 November 2024, Full HD Format JPG, PNG dan PSD
Bambang juga mengatakan, saat ini banyak barang di pasaran yang diproduksi dalam jumlah yang sama, namun jumlah pembeli lebih sedikit. Sehingga, menunjukkan adanya permintaan turun, yang membuat perusahaan terpaksa menjual barang dagangnya dengan harga lebih murah.
“Sehingga turun lah harganya supaya barangnya tidak tersimpan lama,” katanya.
“Salah satu jalannya (upaya yang perlu dilakukan, -red) ya operasi pasar. Supaya masyarakat membelinya, punya daya beli murah. Jadi kalau Pemprov mau meningkatkan daya belinya ya salah satu jalannya ya begitu (operasi pasar, -red),” sambungnya.
Baca Juga: VIRAL! Istri Lagi Umroh, Suami Malah Bikin Video Tak Senonoh dengan Wanita Lain di Kamar
Ia menyampaikan, dirinya mengaku miris melihat keadaan kondisi pasar saat ini. Sebab, katanya, pasar-pasar tradisional kini semakin meredup. Bahkan, banyak penjual yang kemudian beralih menjual produk lain seperti bahan pokok.
“Sekarang pasar semakin sepi, penjualan semakin berkurang, volume, omset dan seterusnya berkurang. Nah, sekarang lihat aja di Pasar Rau, pasar di Rangkasbitung, Pandeglang itu orang jualan sepi pembelinya,kecuali yang bahan pokok seperti beras. Kalau kita lihat barang komoditas lain, seperti baju dan seterusnya mereka akan sepi pembelian bahkan mereka beralih ke komoditas yang lain,” jelasnya.
“Bagi masyarakat awam tidak mungkin bicara itu inflasi atau deflasi. Bagi masyarakat awam, itu beli sesuatu susah duitnya, bagi pedagang ko nggak ada yang beli,” lanjutnya.
Baca Juga: Ultimatum Pjs Walikota Cilegon ke OPD Soal Pelayanan Publik, Jangan Jalan Masing-masing!
Lebih jauh Bambang mengatakan, Pemprov Banten selaku pembuat kebijakan, perlu memahami masalah yang sebenarnya terjadi. Terutama untuk tidak menganggap remeh permasalahan inflasi deflasi.
“Kalau aman kan boleh-boleh saja, kan pemerintah tidak merasakan. Mereka (Pemprov, -red) tiap bulan gaji dapet, tunjangan dapet, merasa nyaman, coba aja suruh hidup seminggu di pasar di Banten. Kalau hanya di belakang meja, terasa aman lah,” ujarnya.
“Pemerintah membuat kebijakannya itu tidak berbasis masalah. Coba wawancara langsung ke pedagang baru bilang aman atau tidak,” tegasnya.
Baca Juga: Sinergi dengan Wartawan, KPU Pandeglang Pastikan Bekerja 24 Jam
Sebelumnya, secara terpisah Kepala BPS Provinsi Banten, Faizal Anwar mengatakan, pada Oktober 2024, seluruh kota IHK di Provinsi Banten yang berjumlah 5 Kabupaten/Kota mengalami inflasi y-on-y. Inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Kota Cilegon sebesar 2,37 persen dengan IHK sebesar 106,36. Inflasi terendah di Kabupaten Pandeglang sebesar 1,10 persen dengan IHK sebesar 104,68.
Secara umum, terjadi kenaikan harga berbagai komoditas di bulan Oktober 2024. Adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran. Yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,68 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,52 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,20 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,53 persen.
Kelompok kesehatan sebesar 1,58 persen, kelompok transportasi sebesar 0,08 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,32 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,63 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,96 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 6,97 persen,” lanjutnya.
Baca Juga: BI Banten Bakal Terapkan WA Kepo dari Sumedang Untuk Tingkatkan Digitalisasi Daerah
“Satu kelompok atau komoditas mengalami deflasi, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,21 persen,” terangnya.
Kemudian, komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada Oktober 2024, antara lain, emas perhiasan, kopi bubuk, nasi dengan lauk, Sigaret Kretek Mesin (SKM), Sigaret Putih Mesin (SPM), bawang putih, kue kering berminyak, minyak goreng, Sigaret Kretek Tangan (SKT), bubur, gula pasir, mobil, upah asisten rumah tangga, dan bakso (mentah).
“Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain, cabai merah, bensin, tomat, ikan kembung, ikan banyar, ikan aso-aso, cabai rawit, telur ayam ras, tempe, telepon seluler, ketimun, pepaya, bayam, daging sapi, ikan bandeng/ikan bolu, wortel, detergen cair, beras, daging ayam ras, dan tutup kepala/topi,” katanya (mg- rafi).***