BANTENRAYA.COM – Aksi Gibran Rakabuming kembali menjadi sorotan publik usai aksinya membuka tas seorang murid perempuan saat kunjungan ke salah satu sekolah.
Kehadiran Gibran di sekolah tersebut semula ditujukan untuk meninjau langsung kondisi pendidikan di Indonesia, namun aksinya yang spontan itu menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat.
Di tengah perdebatan ini, nama Gibran sebagai wakil presiden yang dekat dengan rakyat kembali menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial.
Tak sedikit yang menilai sikap anak Joko Widodo tersebut sebagai bentuk kedekatan dengan rakyat, tetapi ada pula yang mengkritiknya sebagai langkah pencitraan politik.
BACA JUGA: Protes Warga Kota Cilegon Memuncak, Truk Besar di JLS Makin Ugal-Ugalan
Dikutip Bantenraya.com dari tiktok @m.faridsakti, aksinya ini menjadi sorotan publik karena membuka tas seorang murid perempuan di sekolah.
Di media sosial, dukungan kepada Wakil Presiden itu cukup deras.
“sak umur baru x ini dapat wakil presiden yg benar-benar merakyat, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, yg selalu memanusiakan manusia. jos.. jos.. smngt mas gibran tebar kebaikkan,” ujar netizen.
“mantab pak gibran, beberapa tahun kedepan adik-adik ini sudah punya hak memilih, jadi dia akan ingat siapa yang harus dia pilih di kedepan hari untuk jadi pemimpin,” komentar warganet.
Tak hanya itu warganet pun turut memberikan doa untuk Gibran
“sehat slalu wapresku amin.”
Meski begitu, reaksi kontra juga tak kalah ramai.
“lebih cocok lg jd security ”
“pencitraan sj kerjanya.”
Pro-kontra yang terlihat dari masyarakat ini menunjukkan bahwa langkah pria kelahiran 1 Oktober 1987 tersebut di tengah masyarakat Indonesia akan selalu dipantau, baik di ranah pendidikan, politik, maupun isu sosial lain.
Bagi sebagian warga, pria berusia 38 tahun itu dianggap sebagai pemimpin muda yang dekat dengan rakyat. Namun, bagi yang lain, aksinya justru menjadi bahan kritik yang dianggap penuh pencitraan.
Fenomena ini menegaskan bahwa di era keterbukaan informasi, tokoh publik seperti Gibran tidak hanya dilihat dari kebijakan formal, tetapi juga dari setiap interaksi kecil yang ia lakukan dengan masyarakat.*** (Naomi Rebecca Siagian)