BANTENRAYA.COM – Tepat berada di Jalan Masjid Agung Kebon Cau, Kelurahan Pandeglang, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang berdiri bangunan bersejarah menara air Pandeglang.
Menara air dibangun oleh Kolonialisme Belanda pada tahun 1884 ini, tetap berdiri kokoh di tengah hiruk pikuknya pusat Kabupaten Pandeglang.
Selama ratusan tahun itu pula, bangunan ini menjadi saksi bisu perjalanan Kabupaten Pandeglang sampai di era modern hari ini.
Bangunan ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan air di kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Pandeglang pada masanya.
Baca Juga: 87.000 Kepala Keluarga di Cilegon Hidup Dibawah Garis Kemiskinan, Mayoritas Belum Tersentuh Bantuan
Sumber mata air dari Ciwasiat, kemudian ditampung dan dialiri ke bangunan-bangunan pemerintahan.
Terdapat pintu masuk berwarna hijau di sisi barat yang hanya dibuka ketika akan melakukan perawatan.
Tinggi bangunan menara air sekitar 12 meter dengan diameter sekitar 4 meter.
Dari arsitekturnya , Menara Air Pandeglang kental dipengaruhi gaya Eropa.
Baca Juga: Susunan TKN Prabowo-Gibran, Ada Sosok yang Dulu Pecat Sang Capres dari Militer
Menara Air berbentuk silinder ini dibangun menggunakan batu andesit atau batu kali.
“Selain untuk mengairi kawasan pemerintahan Pandeglang, toren air ini juga digunakan Belanda untuk mengairi pabrik minyak kopra milik Belanda di Rangkasbitung,” kata Yana Heriyana selaku Kabid Kebudayaan pada Dispar Pandeglang, Selasa, 7 November 2023.
Saat ini, bangunan menara air ini sendiri sudah dilindungi oleh Undang-undang Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
Meski sudah beberapa kali dilakukan pemugaran, bentuk bangunan menara air ini masih otentik seperti ketika awal pembangunannya.
Bahkan banyak orang-orang yang sengaja datang untuk sekedar melihat dan menikmati bangunan bersejarah ini sambil berswafoto di depannya.
“Kami punya juru pelihara juga sebenarnya. Tapi memang untuk tahun ini masih vakum karena keterbatasan anggaran. Jadi pemeliharaan yang kita lakukan sekarang hanya bersifat swadaya,” ucap Yana.
Yana berharap, masyarakat juga turut andil dalam melestarikan bangunan bersejarah ini.
Apalagi, menara air air tersebut sudah menjadi salah satu ikon dari Kabupaten Pandeglang.
Baca Juga: Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2023, Garuda Muda Lolos Babak Fase Grup?
“Sekarang sudah jadi tempat wisata ya. Selain itu juga kadang digunakan untuk kebutuhan penelitian dan pendidikan. Jadi yang mau belajar sejarah Pandeglang bisa datang kesitu,” ujarnya.***