BANTENRAYA.COM – Pemerintah Provinsi atau Pemprov Banten memerkuat langkah-langkah strategis untuk mengoptimalkan ketahanan pangan.
Selain mengintensifkan Operasi Pasar untuk mengendalikan lonjakan harga komoditas, Pemprov Banten juga mencanangkan pembangunan Farming Industries sebagai solusi jangka panjang.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Penjabat atau Pj Gubernur Banten, Abadulrauf Damenta saat dikonfirmasi lonjakan harga dan ketersediaan pangan di Banten.
Ia menyampaikan, fluktuasi harga komoditas seperti cabai merah, bawang merah, bawang putih, beras, dan minyak goreng saat ini kerap dirasakan masyarakat.
Baca Juga: Anggaran Pakaian Dinas Budi Rustandi – Nur Agis Aulia 13 Kali Lipat UMK Kota Serang 2025
Langkah cepat melalui Operasi Pasar menjadi prioritas, terutama menjelang bulan suci Ramadan.
“Kita akan intensifkan Operasi Pasar untuk menstabilkan harga komoditas yang mengalami kenaikan. Ini penting agar daya beli masyarakat tetap terjaga,” ujar A Damenta, Kamis, 16 Januari 2025.
Damenta menuturkan, sebagai solusi jangka panjang, Pemprov Banten akan membangun ekosistem Farming Industries yang mencakup sektor peternakan, perikanan, pertanian, perkebunan, dan pabrik pengolahan.
Program ini, kata dia, dinilai dapat mendukung implementasi program Makan Bergizi Gratis atau MBG, yang menjadi program prioritas pemerintah pusat.
Baca Juga: Hakim Pengadilan Negeri Serang Bebaskan Terduga Pelaku Rudakpaksa Anak Kandung Asal Waringinkurung
“Lahan yang kita miliki akan dioptimalkan untuk menciptakan kemandirian pangan, sehingga tidak terus bergantung pada pasokan dari luar daerah,” jelasnya.
Damenta juga menilai, dengan membangun Farming Industries, diproyeksikan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan menekan inflasi, tetapi juga sebagai langkah strategis untuk menyerap tenaga kerja.
“Dengan adanya Farming Industries, kita dapat menurunkan tingkat pengangguran di Banten. Ini solusi komprehensif yang berdampak besar,” pungkasnya.
Sementara itu, terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan atau Disperindag Provinsi Banten, Babar Suharso, mengungkapkan salah satu tantangan besar saat ini adalah keberadaan komoditas cabai yang mengalami defisit.
Baca Juga: Penemuan Bayi dalam Kardus di Cikande, Tali Pusar Putus Ditarik
Di mana, jumlah produksi lokal hanya mampu memenuhi 10% dari total kebutuhan masyarakat Banten.
“Saat ini kebutuhan cabai masih sangat bergantung pada pasokan dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Namun, pasokan tersebut kerap terhambat karena faktor cuaca,” jelas Babar.
Babar menjelaskan, meskipun situasi pasokan mulai membaik dengan adanya penurunan harga di Pasar-pasar Induk.
Akan tetapi, Babar menegaskan bahwa ketergantungan ini harus segera diatasi.
Baca Juga: Kasus Penggelapan 20 Ekor Sapi Bantuan Kementan di Tirtayasa Dilimpahkan ke Kejari Serang
Ia menerangkan, gerakan menanam mandiri harus mulai kembali digalakkan.
Sehingga, masyarakat bisa memenuhi kebutuhannya melalui pemanfaatan lahan dan pekarangan rumah.
“Sebagai solusi, kami ada program ekstensifikasi lahan, di mana memperluas lahan tanam cabai di wilayah-wilayah potensial seperti Kabupaten Serang, Lebak, Pandeglang, dan Kabupaten Tangerang. Selain itu, gerakan menanam cabai di tingkat rumah tangga juga digalakkan untuk membantu pemenuhan kebutuhan mandiri,” jelasnya.
“Jadi dengan masyarakat menanam secara mandiri (cabai,-red), paling tidak itu bisa untuk memenuhi kebutuhan kecil tingkat rumah tangga dan memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya,” sambungnya.***


















