Menyulut Politik Cinta, Memadamkan Politik Identitas

Jermainne Tirta Dewa
- Minggu, 13 November 2022 | 08:43 WIB
Ketua PW GP Ansor Banten Ahmad Nuri memberikan opininya dalam tulisan judul Menyulut Politik Cinta, Memadamkan Politik Identitas. (Dokumentasi pribadi)
Ketua PW GP Ansor Banten Ahmad Nuri memberikan opininya dalam tulisan judul Menyulut Politik Cinta, Memadamkan Politik Identitas. (Dokumentasi pribadi)

Oleh : Ahmad Nuri, Ketua PW GP Ansor Banten 

Penulis minggu kemarin baru saja menulis tentang “Musuh Demokrasi antara politik identitas dan politik Uang”, kali ini penulis terpanggil kembali untuk membuat perspektif baru tentang politik cinta sebagai antitesa terhadap politik identitas yang saat ini menjadi trend plus musuh bagi demokrasi dan bangsa ini. 

Mungkin sedikit aneh dan absurd ketika penulis membuat antitesa dengan mengunakan terminologi politik cinta sebagi lawan politik indentitas, dimana politik identitas cendrung membelah atau mempolarisasi sementara politik cinta diharapkan dapat menyatukan perbedaan dengan satu tujuan. 

politik cinta di ekspektasikan dapat menjadi “analgesik” bagi penyakit yang terus menggerogoti proses demokrasi dan memecah belah bangsa oleh politik identitas. Mungkin tidaklah cepat bisa menyembuhkan penyakit menimpa demokrasi tapi paling tidak bisa meredam rasa nyeri dialami bangsa iakibat politik identitas

Baca Juga: Raffi Ahmad Menang Tiba Tiba Tenis 2022 dari Desta, Nagita Slavina: Setiap Hari Latihan Jam 6 Pagi

Jika di maknai sederhana bahwa politik cinta sejenis cara indah dalam mencapai tujuan atau kekuaasaan dengan mengunakan pendekatan afeksi untuk setiap proses kalkulasi politik dengan tidak menghilangkan kognisi politik atau rasionalitas politik dalam setiap langkah dan gerakan mencapai tujuan politik masing-masing dalam berkontestaasi di jalur demokrasi. 

Sejatinya penulis ingin meletakan bahwa Hakekat politik cinta adalah meredam kebencian yang timbul dari perselisihan dan perbedaan.

politik cinta juga bisa menjadi sesuatu nilai pemikat, perekat, bahkan sekaligus pengikat kembali dari ragam perbedaan sebagai konsekwensi logis proses demokrasi yang di cidrai oleh politik identitas 

Baca Juga: 4 Soundtrack Resmi Piala Dunia 2022 Qatar, Lengkap dengan Judul Lagu dan Nama Penyanyi

Secara esensi politik cinta bisa mengungkap hati kecil para pelaku politik kadung mengunakan politik identitas yang tak pernah puas berhasrat penuh nafsu seperti Casanova dan Don Juan saat melampiaskan kepentingan naluri dan birahi politiknya. 

Bahwa sesungguhnya politik bukan hanya soal nafsu liar dan bebas tanpa “akad” dalam mencapai kekuasaan atau kelimaknya Sang Casanova ketika berpadu hasrat.

Tapi soal akibat yang timbul pada keseluruhan masayarakat dapat kehilangan kemampuan untuk mencintai karena sudah terbiasa saling membenci atau sekedar melampiaskan nafsu birahi politik untuk kekuasaan. 

Baca Juga: BANJIR DISKON! Promo JSM Indomaret Hari Terakhir Periode 11-13 November 2022, Ambil Sana-sini Tetap Diskon

Termasuk nafsu birahi menggunakan agama untuk kepentingan politik kekuasaan semata.

Hal ini lah yang menjadikan agama rusak tak memiliki nilai keagungannya dan menikam harkat kemanusiaan karena di jadikan alat bukan dijadikan inspirasi nilai bagi setiap langkah kepentingan politik produktif bagi kemajuan agama itu sendiri atau bangsa dan negara. 

Halaman:

Editor: Jermainne Tirta Dewa

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Berbaik Sangka Kepada Virgojanti

Rabu, 22 Maret 2023 | 07:00 WIB

Arti Penting Taiwan Bagi Indonesia

Minggu, 12 Februari 2023 | 21:59 WIB

Merajut Kembali Tenun Perjuangan NU dan PKB

Jumat, 10 Februari 2023 | 05:46 WIB

Banten dan Refleksi Akhir Tahun 2022

Sabtu, 31 Desember 2022 | 17:44 WIB

Prediksi Kemenangan Brasil dan Filosofi Jogo Bonito

Jumat, 9 Desember 2022 | 16:14 WIB

Guru ‘Berjoget’ dan Rasa Malu?

Rabu, 30 November 2022 | 14:49 WIB

Desa Penyangga Ketahanan Pangan Nasional

Rabu, 23 November 2022 | 17:39 WIB

Menyulut Politik Cinta, Memadamkan Politik Identitas

Minggu, 13 November 2022 | 08:43 WIB

Tantangan Globalisasi dan Transformasi Teknologi

Selasa, 26 Juli 2022 | 18:58 WIB

Demokrasi Pancasila

Rabu, 1 Juni 2022 | 12:01 WIB

Demokrasi dan Populisme

Jumat, 20 Mei 2022 | 19:34 WIB

Opini WTP versus Korupsi Banten

Jumat, 15 April 2022 | 19:03 WIB
X