Catatan Untuk Umrah Jamaah Indonesia Kini

- Senin, 28 Februari 2022 | 13:20 WIB
Muhammad Akhyar Adnan  (Dok. pribadi)
Muhammad Akhyar Adnan (Dok. pribadi)

Oleh : Muhammad Akhyar Adnan*

Perjalanan ibadah haji dan umrah ke Tanah Suci bagi Ummat Islam di mana pun berada tetap merupakan sebuah impian, walaupun seseorang sudah pernah melakukannnya beberapa kali.

Patut disyukuri, setelah sekian lama ‘terhenti’, kegiatan ibadah umrah sudah dimulai lagi. Khususnya untuk warga Indonesia, kegiatan umrah sudah dimulai kembali sejak beberapa bulan yang lalu, walaupun masih dalam jumlah terbatas, setidaknya dibandingkan dengan masa sebelum adanya pandemi COVID-19.

Sudah barang tentu ada sejumlah perbedaan antara umrah sebelum dan sesudah adanya pandemi. Selain jumlah jamaah Indonesia masih terbatas, sehingga tidak tidak lagi memberi kesan ‘mendominasi’, ada keharusan bebas dari COVID-19 berdasarkan tes PCR.

Baca Juga: Tak Hanya Buat SIM, Umrah dan Naik Haji Juga Wajib Jadi Peserta BPJS Kesehatan Terlebih Dahulu

Selain itu ada keharusan karantina, bahkan kewajiban untuk menggunakan aplikasi Tawakkalna, sebuah aplikasi yang mirip dengan aplikasi Peduli Lindungi di Indonesia. Catatan ini dibuat berdasarkan pengalaman penulis yang baru saja berkunjung ke Haramain pekan lalu.

 Standar baru

 Seperti disampaikan di atas, di antara perbedaan umrah sebelum dan sesudah pandemi adalah bahwa begitu seseorang sampai di Madinah atau Jeddah, maka yang bersangkutan harus memasang aplikasi Tawakkalna. Di passport jamaah juga akan muncul sebuah angka atau nomor yang juga muncul di Tawakkalna.

 Dari bandara, jamaah akan diantar ke hotel yang sudah direservasi. Mestinya, dalam waktu secepatnya harus dilakukan tes TCR, walau dalam pengalaman penulis, petugas PCR baru datang setelah ada jeda waktu sekitar 20 jam.

Baca Juga: Kondisi Mekkah Saat Omicron Naik, ini Persyaratan Jemaah Haji dan Umrah

Hasil tes PCR akan muncul keesokan harinya, dan ada satu hal yang menarik, berdasarkan pengalaman kami, yaitu bahwa kebangsaan kami di aplikasi tiba-tiba saja berubah, dari semestinya Indonesia menjadi India. Lucu kan?!

Selama karantina, tentu kita hanya bisa menunggu di kamar hotel. Seorang teman yang mencoba pergi keluar (ke halaman) hotel, dan bukan ke Masjid, ‘tertangkap’ secara random. Beruntung dia hanya disuruh kembali ke hotel, walau sempat difoto petugas.

Kemudian, masa karantina di hotel (yang hanya berjarak kurang dari 100 meter dari halaman Masjid Nabawi) adalah benar-benar merupakan sebuah ujian kesabaran tersendiri.

Betapa tidak, dari kamar hotel terlihat jelas rombongan jamaah (yang sudah lolos karantina) menuju Masjid, sementara kita hanya bisa menonton (dari jendela kamar hotel) dan shalat sendirian di kamar hotel!. Rasanya, kita kehilangan momen yang sangat berharga.

Baca Juga: Mengapa Jika Meninggal Dunia di Mekah saat Haji atau Umroh Tidak Boleh Dibawa Pulang? Ini Alasannya

Halaman:

Editor: Muhaemin

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Berbaik Sangka Kepada Virgojanti

Rabu, 22 Maret 2023 | 07:00 WIB

Arti Penting Taiwan Bagi Indonesia

Minggu, 12 Februari 2023 | 21:59 WIB

Merajut Kembali Tenun Perjuangan NU dan PKB

Jumat, 10 Februari 2023 | 05:46 WIB

Banten dan Refleksi Akhir Tahun 2022

Sabtu, 31 Desember 2022 | 17:44 WIB

Prediksi Kemenangan Brasil dan Filosofi Jogo Bonito

Jumat, 9 Desember 2022 | 16:14 WIB

Guru ‘Berjoget’ dan Rasa Malu?

Rabu, 30 November 2022 | 14:49 WIB

Desa Penyangga Ketahanan Pangan Nasional

Rabu, 23 November 2022 | 17:39 WIB

Menyulut Politik Cinta, Memadamkan Politik Identitas

Minggu, 13 November 2022 | 08:43 WIB

Tantangan Globalisasi dan Transformasi Teknologi

Selasa, 26 Juli 2022 | 18:58 WIB

Demokrasi Pancasila

Rabu, 1 Juni 2022 | 12:01 WIB

Demokrasi dan Populisme

Jumat, 20 Mei 2022 | 19:34 WIB

Opini WTP versus Korupsi Banten

Jumat, 15 April 2022 | 19:03 WIB
X