Ambisi untuk membangun ibu kota negara yang baru ini sangat besar. Coba lihat saja targetnya.
“Kota terdepan dunia dalam hal daya saing, 10 besar liveable city di dunia dan mencapai net zero-carbon emission dan 100 persen energi terbarukan pada kapasitas terpasang, kota pertama di dunia dengan jumlah penduduk di atas 1 juta jiwa yang akan mencapai target ini."
Luar biasa indah kalau ini tercapai, bukan?
Baca Juga: Young Lex dan Denny Caknan Rilis Lagu LEPAS, Sebuah Motivasi Agar Tidak Terpuruk Terus
Saya tidak berpandangan terlalu jauh. Dalam buku saku tersebut disebutkan biaya untuk membangun ibu kota baru ini. Itu adalah Rp466 triliun.
Saya bisa membayangkan skala ekonomi yang bisa digerakkan dengan uang sebanyak itu. Yang langsung masuk di benak saya adalah siapa yang akan mendapatkan porsi dari uang sebanyak itu?
Bayangkanlah Anda mendapatkan tender untuk mengisi kursi dari 1/10 bangunan di ibu kota negara yang baru itu? Nilainya beberapa ratus miliar tentunya.
Baca Juga: Jangan Ketinggalan Zaman, Wagub Banten Minta Guru Cepat Beradapasi dengam Teknologi
Bayangkan bagaimana penguasa semen atau baja melihat kesempatan ini? Juga bayangkan bagaimana kontraktor yang akan mengecat pembatas jalan atau membuat zebra cross, atau membuat lampu lalu lintas.
Coba bayangkan, setiap langkah yang membutuhkan biaya itu. Dan uangnya sudah tersedia, Sodara-sodara!
Artikel Terkait
Nusantara Jadi Pilihan Jokowi untuk Nama Ibu Kota Baru, Suharso Monoarfa: Mewakili Keberagaman Indonesia
Fadli Zon Usulkan Ibu Kota Baru Diberi Nama Jokowi
RUU Ibu Kota Baru, Bappenas dan Pansus Kunjungi Kota Mandiri BSD dan Alam Sutera
DPR RI Sahkan RUU IKN Menjadi Undang-Undang
Ibu Kota Negara Dinamai Nusantara, Mantan Menteri Agama Lukman Saifuddin Keberatan
Sebelum Presiden Jokowi Pilih Nama Nusantara, Menteri PPN Sodorkan 80 Usulan Nama IKN Baru