UPDATE Kericuhan Suporter di Kanjuruhan: Gas Air Mata Jadi Pemicu hingga 127 Orang Meninggal

- Minggu, 2 Oktober 2022 | 07:18 WIB
Kericuhan pecah di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya dipicu oleh tembakan gas air mata hingga membuat 127 orang meninggal. (Kiriman warga)
Kericuhan pecah di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya dipicu oleh tembakan gas air mata hingga membuat 127 orang meninggal. (Kiriman warga)

BANTENRAYA.COM - Sebuah tragedi terjdi di Pertandingan Liga 1 yang mempertemukan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu 1 Oktober 2022.

Pasalnya, laga sepakbola di Stadion Kanjuruhan tersebut berakhir dengan sebuah kericuhan sesaat setelah wasit meniup peluit panjang pertandingan.

Sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dalam peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur itu.

Baca Juga: Kisah Pilu di Kanjuruhan, Seorang Ibu Gendong Jenazah Anaknya di Tengah Hujan Gas Air Mata

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan, sejauh ini dari laporan yang masuk terdapat 127 orang yang meninggal.

"Dalam kejadian itu, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya adalah anggota Polri," katanya, Minggu, 2 Oktober 2022 pagi.

Ia menjelaskan, dari jumlah tersebut sebagian besar meninggal saat mengalami perawatan di rumah sakit dan hanya 34 orang yang meninggal saat di Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga: 8 Link Twibbon Hari Batik Nasional 2022 Pilihan, Desain Terbaru dan Kekinian

 

"Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," tutur Nico Afinta.

Diungkapkannya, laga antara Arema FC dan Persebaya sejatinya berjalan dengan lancar selama pertandingan berlangsung.

Kericuhan mulai terjadi setelah sejumlah suporter Arema FC turun ke lapangan untuk memburu pemain dan ofisial tim.

Baca Juga: 20 Link Twibbon Hari Batik Nasional 2022, Desain Terbaru dan Terkeren, Cocok Jadi Profil Foto Media Sosial

Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain.

"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," ujar Nico Afinta.

Halaman:

Editor: Jermainne Tirta Dewa

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Demo Tolak UU Cipta Kerja Warnai Aksi Bakar Ban

Jumat, 31 Maret 2023 | 19:13 WIB

Terpopuler

X