BANTENRAYA.COM - Isu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertalite mulai banyak diperbincangkan dan dipertanyakan.
Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang memprotes kenaikan harga BBM Pertalite yang dikabarkan akan naik menjadi Rp10.000.
Hal ini tentu akan mendapat kritikan dan protes tajam dari masyarakat, termasuk dari para pengamat ekonomi yang menganggap kebijakan kenaikan harga BBM Pertalite tersebut akan sangat menyusahkan rakyat.
Baca Juga: Usai Otopsi Kini Kondisi Jenazah Brigadir J Sesuai dengan Posisinya
Salah satu pengamat ekonomi yang mengkritisi kebijakan kenaikan harga BBM yakni Wakil Rektor Universitas Paramadina, Handi Risza, pada Senin 22 Agustus 2022, di Jakarta.
Dikutip Bantenraya.com dari berita Pikiran-rakyat.com dengan judul Kurang Tepat, Naikkan BBM saat Pemulihan Pasca Covid-19 , Handi Risza mengatakan perlu mengkritisi kebijakan kenaikan harga BBM subsidi Pertalite.
“Kebijakan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari beban subsidi yang ditanggung pemerintah, yang mencapai Rp578,1 triliun, akibat kenaikan harga minyak dipasar Internasional dan biaya kompensasi yang harus ditanggung pemerintah. Tetapi, kebijakan ini tentunya akan memiliki dampak yang signifikan bagi kehidupan masyarakat banyak,” kata Handi Risza.
Baca Juga: Mahasiswa KKM 21 Uniba Gelar Santunan Yatim Piatu dan Pengadaan Alat Ibadah
Artikel Terkait
SBM Bantah Soal Syarat Pengisian BBM Solar Jenis Dexlite di SPBU Sodong Pandeglang
Pakar Nilai Kenaikan BBM Tak Sebanding dengan UMR Rakyat Hanya Rata-rata 3 juta
Meriahkan HUT RI, Pertamina Pastikan Stok BBM Jenis Pertalite dan Solar Aman
BLT Lebih Efektif Lindungi Masyarakat Rentan Jika Harga BBM Benar-benar Naik
Potensi Efek Domino Rencana Kenaikan BBM, Pemerintah Perlu Siapkan Antisipasi
Pertamina Buka Suara Soal Kabar Harga BBM Pertalite Naik Jadi Rp10 Ribu per Liter
Subsidi BBM Membengkak, Pemerintah Disarankan Lakukan Pembatasan