Hal ini berkaitan dengan kontrol semua transaksi yang dipegang negara itu jika menggunakan dolar AS.
Ini lantaran semua sistem pembayaran yang menggunakan dolar AS dengan transaksi besar dilakukan lewat Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT).
SWIFT merupakan sistem yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan dunia, sehingga bank dapat mengirim dan menerima pesan transaksi dengan cepat dan aman. Dengan SWIFT, transaksi keuangan saat ini dapat dilakukan antar negara bahkan antar benua.
"Tapi ini memang tantangannya karena Barat (AS) ini kan mau bagaimana pun juga mereka kontrol teknologi, payment. Setiap pengiriman dolar AS harus lewat New York," ujar Sandiaga.
Imbasnya, Amerika melakukan embargo terhadap Indonesia karena ketahuan bertransaksi dengan Rusia, maka bank asal RI tak bisa bertransaksi dengan dolar AS.
Baca Juga: Rektor Unila Karomani Ditangkap KPK, Ustadz Hilmi Firdausi Singgung Masalah Terbesar Kampus
Di sisi lain, pihak Rusia terus mendesak soal pembelian minyak dengan harga murah itu. Rusia mengingatkan bahwa pembelian minyak bisa menggunakan rubel.
"Kata Rusia tidak perlu takut, bayar pakai rubel saja. Konversi rupiah ke rubel, nah ini teman-teman di sektor keuangan lagi menghitung," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Sandiaga menyebut bahwa Jokowi memang telah setuju untuk mengimpor minyak dari Rusia. Sebab, harga minyak di Rusia lebih murah 30 persen dibandingkan harga pasar internasional.
Artikel Terkait
SIMAK! Ternyata Ini Alasan Jokowi Ikut Mendamaikan Rusia dan Ukraina
Alasan Sebenarnya Presiden Jokowi Kunjungi Ukraina dan Rusia, Ternyata Terkait...
3 Perubahan Geopolitik Seismik yang Terjadi Akibat Konflik Rusia dan Ukraina
Rusia Resmi Dilarang Tampil di Piala Dunia Qatar 2022
Perang dengan Ukraina, Rusia Menang Banyak: Sehari Hasilkan Profit 5 Miliar Dolar
Sandiaga Uno Ungkap Kenapa Perang Rusia dan Ukraina Berkepanjangan, Begini Penjelasannya