Sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, puasa Asyura ini hukumnya wajib. Kemudian setelah diwajibkannya puasa di bulan Ramadhan pada tahun ke-2 Hijriyyah, maka puasa di hari Asyura hukumnya menjadi sunnah.
Para salaf (pendahulu kita) meskipun puasa ini adalah sunnah, tapi mereka bersemangat untuk melakukan puasa di hari ini. Terbukti dari cerita Rubayi’ bintu Mu’awidz. Beliau mengatakan,
أرسَل رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم غداةَ عاشوراءَ إلى قُرى الأنصارِ الَّتي حولَ المدينةِ: ( مَن كان أصبَح صائمًا فليُتِمَّ صومَه ومَن كان أصبَح مُفطرًا فليصُمْ بقيَّةَ يومِه ذلك ) قالت: فكنَّا نصومُه ونُصوِّمُ صبيانَنا الصِّغارَ ونذهَبُ بهم إلى المسجدِ ونجعَلُ لهم اللُّعبةَ مِن العِهْنِ فإذا بكى أحدُهم على الطَّعامِ أعطَيْناها إيَّاه حتَّى يكونَ عندَ الإفطارِ
“Rasulullah ﷺ di pagi hari Asyura mengutus utusan ke desa-desa orang Anshar yang ada di sekitar kota Madinah. Kemudian beliau ﷺ mengatakan, “Barang siapa di antara kalian yang memasuki waktu pagi ini (hari Asyura) dalam keadaan berpuasa, hendaklah dia sempurnakan puasanya. Dan barang siapa yang masuk di waktu hari ini dalam keadaan tidak berpuasa, maka sempurnakan satu hari ini”.” (HR. Bukhari No. 1960 dan Muslim No. 1136A)
Maksudnya adalah menahan diri untuk tidak makan dan minum sampai sore hari, meskipun di waktu pagi dia tidak berpuasa.
Kemudian Rubayi’ bintu Mu’awidz mengatakan, “Maka setelahnya, kami berpuasa di hari tersebut dan kami memerintahkan anak-anak kami yang masih kecil untuk berpuasa di hari tersebut.”
Ini menunjukkan bagaimana semangat para salaf untuk membiasakan putra-putri mereka melakukan puasa ini yaitu puasa Asyura.
Kemudian beliau mengatakan, “Agar anak-anak kami kuat untuk berpuasa, kami pergi ke masjid dan kami membuatkan mereka mainan dari kain atau kapas. Apabila ada salah satu di antara mereka yang menangis, maka kami berikan mainan tersebut agar dia sibuk dengan mainannya dan lupa dengan puasanya (lapar dan haus) sampai datang waktu untuk berbuka puasa.”
Ini menunjukkan bagaimana para salaf kita membiasakan putra-putri mereka untuk menghidupkan sunnah Nabi ﷺ.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم. ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وأستغفر الله العظيم لي ولكم ولسائر المسلمين ، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Jumat Kedua
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله، وحده لا شريك له تعظيماً لشأنه، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، صلى الله عليه وعلى آله وأصحبه و أخوان وسلم تسليمًا كثيرًا أما بعد
فقال الله ﷻ: يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Kembali di khutbah yang kedua ini saya ingatkan diri saya sendiri dan juga para jama’ah sekalian tentang bekal kita menuju kepada Allāh ﷻ.
Nabi ﷺ ketika beliau berpuasa selama beberapa tahun di kota Madinah dan melakukan puasa Asyura, saat itu beliau ﷺ melakukan puasa di hari Asyura satu hari saja yaitu pada tanggal 10 Muharram.
Artikel Terkait
Khutbah Jumat tentang Tahun Baru Islam; Tahun Baru Jadi Momen Perenungan dan Interospeksi Diri
Teks Khutbah Jumat: Tentang Keutamaan Bulan Muharram atau Tahun Baru Islam
Naskah Khutbah Jumat untuk Menyambut Muharram, Tentang Mencintai Sunnah Rasulullah
Teks Khutbah Jumat Tersingkat, Tentang Keistimewaan Bulan Muharram
Khutbah Jumat Menyambut Bulan Suro atau Muharram 2022 Singkat dan Padat: Maksimalkan Waktu Manifestasi Syukur
Naskah Khutbah Jumat Singkat Pelajaran Tahun Baru 1444 Hijriah dalam Kacamata Muslim