Teks Khutbah Jumat Edisi Muharram, Tentang Keutamaan dari Puasa Asyura

- Jumat, 29 Juli 2022 | 10:02 WIB
Masjid Istiqlal dari atas (Freepik)
Masjid Istiqlal dari atas (Freepik)

Karena kami sama-sama ahlul tauhid, kami sama-sama mengagungkan tauhid yang turun kepada kami. Berbeda dengan Bani Israil (orang-orang Yahudi). Mereka mengubah ayat-ayat yang diturunkan kepada mereka, membangkang kepada nabi yang diutus kepada mereka, bahkan ada di antara nabi yang mereka bunuh atau mereka berusaha untuk membunuhnya.

Maka Nabi ﷺ mengatakan, “Aku lebih berhak terhadap Musa dari pada kalian.”

Yaitu lebih berhak untuk bergembira karena ditampakkan kebenaran oleh Allāh ﷻ dan ditenggelamkan juga dimusnahkan seseorang di antara musuh-musuh Allāh ﷻ.

Maka Nabi ﷺ berpuasa di tanggal 10 Muharram dan memerintahkan manusia untuk melakukan puasa tersebut.

Hukum Puasa Asyura

Hukum melakukan puasa di hari Asyura adalah mustahab, bukan sebuah kewajiban. Yang demikian berdasarkan hadits Aisyah radhiyallāhu ‘anhā riwayat Al-Bukhari dan juga Muslim. Beliau mengatakan,

كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَصُومُهُ ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

“Dahulu hari Asyura adalah hari yang orang-orang Quraisy berpuasa di hari-hari tersebut di masa Jahiliyyah.”

Mengapa demikian? Karena orang-orang Quraisy adalah keturunan Nabi Ibrahim ‘alayhissallām. Dan mungkin ini termasuk syariatnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam. Ini juga semakin menguatkan kita semua tentang keutamaan puasa hari Asyura. Sampai orang-orang Quraisy di zaman Jahiliyyah berpuasa di hari tersebut.

Dan dahulu ketika Rasulullah ﷺ berada di Mekkah, beliau juga berpuasa. Sebelum beliau datang ke kota Madinah, beliau sudah menjaga puasa di hari Asyura. Karena ini termasuk syariat Nabi Ibrahim ‘alayhissallām.

Kemudian Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengatakan, “Ketika beliau ﷺ sampai di kota Madinah, beliau masih berpuasa. Bahkan beliau memerintahkan manusia untuk melakukan puasa di hari Asyura.”

Ketika diwajibkan puasa di bulan Ramadhan, ini terjadi pada tahun ke-2 Hijriyyah. Maka beliau ﷺ mengatakan,

مَن شَاءَ صَامَهُ وَمَن شَاءَ تَرَكَهُ

“Barang siapa ingin berpuasa di hari Asyura silakan dia berpuasa dan barang siapa tidak ingin berpuasa Asyura maka silakan tinggalkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ucapan beliau, “Barang siapa yang ingin”, menunjukkan bahwasanya hukum puasa Asyura sekarang menjadi mukhayyar. Kita disuruh untuk memilih. “Silakan yang ingin berpuasa, dan silakan yang tidak ingin berpuasa.”

Halaman:

Editor: Ahmad Marjuki

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Demo Tolak UU Cipta Kerja Warnai Aksi Bakar Ban

Jumat, 31 Maret 2023 | 19:13 WIB

Terpopuler

X