Karena kami sama-sama ahlul tauhid, kami sama-sama mengagungkan tauhid yang turun kepada kami. Berbeda dengan Bani Israil (orang-orang Yahudi). Mereka mengubah ayat-ayat yang diturunkan kepada mereka, membangkang kepada nabi yang diutus kepada mereka, bahkan ada di antara nabi yang mereka bunuh atau mereka berusaha untuk membunuhnya.
Maka Nabi ﷺ mengatakan, “Aku lebih berhak terhadap Musa dari pada kalian.”
Yaitu lebih berhak untuk bergembira karena ditampakkan kebenaran oleh Allāh ﷻ dan ditenggelamkan juga dimusnahkan seseorang di antara musuh-musuh Allāh ﷻ.
Maka Nabi ﷺ berpuasa di tanggal 10 Muharram dan memerintahkan manusia untuk melakukan puasa tersebut.
Hukum Puasa Asyura
Hukum melakukan puasa di hari Asyura adalah mustahab, bukan sebuah kewajiban. Yang demikian berdasarkan hadits Aisyah radhiyallāhu ‘anhā riwayat Al-Bukhari dan juga Muslim. Beliau mengatakan,
كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَصُومُهُ ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
“Dahulu hari Asyura adalah hari yang orang-orang Quraisy berpuasa di hari-hari tersebut di masa Jahiliyyah.”
Mengapa demikian? Karena orang-orang Quraisy adalah keturunan Nabi Ibrahim ‘alayhissallām. Dan mungkin ini termasuk syariatnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam. Ini juga semakin menguatkan kita semua tentang keutamaan puasa hari Asyura. Sampai orang-orang Quraisy di zaman Jahiliyyah berpuasa di hari tersebut.
Dan dahulu ketika Rasulullah ﷺ berada di Mekkah, beliau juga berpuasa. Sebelum beliau datang ke kota Madinah, beliau sudah menjaga puasa di hari Asyura. Karena ini termasuk syariat Nabi Ibrahim ‘alayhissallām.
Kemudian Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengatakan, “Ketika beliau ﷺ sampai di kota Madinah, beliau masih berpuasa. Bahkan beliau memerintahkan manusia untuk melakukan puasa di hari Asyura.”
Ketika diwajibkan puasa di bulan Ramadhan, ini terjadi pada tahun ke-2 Hijriyyah. Maka beliau ﷺ mengatakan,
مَن شَاءَ صَامَهُ وَمَن شَاءَ تَرَكَهُ
“Barang siapa ingin berpuasa di hari Asyura silakan dia berpuasa dan barang siapa tidak ingin berpuasa Asyura maka silakan tinggalkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ucapan beliau, “Barang siapa yang ingin”, menunjukkan bahwasanya hukum puasa Asyura sekarang menjadi mukhayyar. Kita disuruh untuk memilih. “Silakan yang ingin berpuasa, dan silakan yang tidak ingin berpuasa.”
Artikel Terkait
Khutbah Jumat tentang Tahun Baru Islam; Tahun Baru Jadi Momen Perenungan dan Interospeksi Diri
Teks Khutbah Jumat: Tentang Keutamaan Bulan Muharram atau Tahun Baru Islam
Naskah Khutbah Jumat untuk Menyambut Muharram, Tentang Mencintai Sunnah Rasulullah
Teks Khutbah Jumat Tersingkat, Tentang Keistimewaan Bulan Muharram
Khutbah Jumat Menyambut Bulan Suro atau Muharram 2022 Singkat dan Padat: Maksimalkan Waktu Manifestasi Syukur
Naskah Khutbah Jumat Singkat Pelajaran Tahun Baru 1444 Hijriah dalam Kacamata Muslim