BANTENRAYA.COM – Kebudayaan Jawa memang tak ada habisnya untuk dibicarakan, salah satunya Kyai Cupu Panjala.
Kyai Cupu Panjala adalah sebuah tradisi lokal dari masyarakat Gunungkidul, Yogyakarta.
Pada setiap tahunya terdapat acara adat bernama Pembukaan Kyai Cupu Panjala di Desa Girisekar, Kapanewon Panggang Kabupaten Gunungkidul.
Baca Juga: Daebak! Chicco Jerikho Bakal Satu Project Bareng Kim Sejeong dan Ahn Hyo Seop
Maksud dari pembukaan Kyai Cupu Panjala adalah untuk melihat gambaran masa depan yang akan datang di Indonesia dalam satu tahun.
Tradisi ini tidak bisa dilakukan sembarang orang, karena harus turun temurun dengan nenek moyang yang pertama kali menggelar upacara adat tersebut.
Menurut Dwijo Sumarto selaku trah dari Kyai Cupu Panjala yang dirangkum dalam kanal YouTube Pemkab Gunungkidul menerangkan bahwa sesepuh pendahulunya bernama Kyai Wanongso dan memilki putra bernama Kyai Seyek.
Baca Juga: Ini Pemeran Edna di Film Horor Malaysia Debunk, Sharifah Sakinah yang Berperan Sebagai Hantu Kocak
Putra dari Kyai Wonongso bernama Kyai Seyek suatu ketika sedang bermain bersama teman-temannya di Kembang Lampir atau Masjid Sunan Kalijaga.
Sepulangnya bermain ternyata Kyai Seyek merasa lapar, namun disaat yang bersamaan ibu dari Kyai Seyek baru memasak nasi.
Karena dirasa masih panas nasi yang akan dimakan oleh Kyai Seyek akhirnya sama ibundanya di dingikan terlebih dulu.
Baca Juga: Tema Maulid Nabi Muhammad 1444 H, Bisa Untuk Tulisan di Spanduk dan Sambutan Panitia Maulid
Tetapi dari Kyai Seyek yang benar-benar merasa lapar langsung mengambil nasi yang sedang didinginkan sama ibunya.
Ibu dari Kya Seyek atau Panjala marah seketika terhadap ulah anaknya karena mengambil nasi yang sedang didinginkan.
Untuk melampiaskan kemarahannya, lantas centong nasi pun dijadikan alat pukul ke arah anaknya yaitu Kyai Seyek atau Kyai Panjala.
Akibat ulah dari ibunya membuat Kya Seyek kabur tanpa pamit dan menuju ke arah selatan.
Ibu dari Kyai Seyek merasa risau karena anaknya sudah beberapa hari tak kunjung pulang menemui orang tuanya.
Hal yang dilakukan ibu dari Kyai Seyek mencari anaknya dan menemui ahli petapa.
Ketika ibu Kyai Seyek berjumpa dengan si petapa, ia langsung mengutarakan keberadaan anaknya dimana.
Baca Juga: Pemerintah Bersama FIFA Bentuk Tim Transformasi Sepakbola Indonesia, Tidak ada Nama PSSI
Setelah rampung bertapa, orang tersebut tidak memberikan jawaban melainkan memberi suatu isyarat berupa tiga persyaratan apabila ibu tersebut ingin berjumpa dengan anaknya.
Pertama puasa 7 hari 7 malam, dilanjut dengan membawa jala dan nasi segenggam tangan untuk dilempar ke laut.
Ketiga persaratan telah dipenuhi, lantas sang ibu disuruh berjalan ke arah selatan tepatnya ke Pantai Gesing.
Baca Juga: Takdir Cinta Yang Kupilih Episode 47, 11 Oktober 2022: Sinopsis dan Link Streaming
Ketika melakukan di Pantai tersebut, ibu dari Kyai Seyek menemukan seorang pria yang terkena jaring atau jala yang ternyata anaknya.
Makanya anaknya si ibu tersebut dinamai Panjala yang semula dari Seyek.
Demikian sejarah singkat dari Kyai Panjala, mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyampaian narasi di artikel ini. ***



















