BANTENRAYA.COM – Sebanyak 588 warga Kota Cilegon mengalam gangguan kesehatan mental atau Orang Dengan Gangguan Jiwa atau ODGJ.
Dari jumlah tersebut, baru 512 yang terlayani pengobatan gratis oleh Dinas Kesehatan Kesehatan atau Dinkes Kota Cilegon.
Kepala Bidang Upaya Pemenuhan Kesehatan Perorangan dan Kesehatan Masyarakat pada Dinkes Kota Cilegon, Febri Naldo mengatakan, setiap 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Dunia.
Namun, pada 2022 ini Dinkes Cilegon tidak melakukannya secara seremonial seperti tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga: Puluhan Rumah di 6 Kecamatan di Lebak Rusak Terdampak Gempa Bumi
“Khususnya di Kota Cilegon kita berupaya, kesehatan jiwa itu adalah prioritas. Bagaimana orang yang tidak sehat jiwanya, akan berfikiran negatif semua,” kata Febri ditemui di Kantor Dinkes Cilegon, Senin, 10 Oktober 2022.
Dikatakan Febri, hingga September 2022 di Kota Cilegon saat ini masih ada 588 jiwa warga yang mengalami gangguan kesehatan mental atau ODGJ.
Dari jumlah tersebut yang sudah terlayani 512 jiwa.
“Pencapaian layanan kita 87,07 persen,” kata pria yang juga bergelar dokter ini.
Baca Juga: Pihak Keluarga Beri Tahu Alasan Tegar Sinar Ramadhan Lompat dari Lantai 11, Ternyata Bikin Haru
Menurut Febri, Dinkes Cilegon melalui 9 Puskesmas yang ada melakukan skrining terhadap ODGJ. Kasus paling tinggi di Kecamatan Citangkil lebih dari 212 jiwa.
“ODGJ ini dipengaruhi banyak faktor. Pertama, penyalahgunaan obat atau ketergantungan. Kedua, faktor ekonomi. Ada juga faktor tidak bisa menerima beban fikiran yany berat, bisa juga faktor putus cinta,” ucapnya.
Dokter Febri menjelaskan, dari ODGJ yang ada di Cilegon, saat ini mayoritas didominasi jenis kelamin laki-laki.
Sementara, mayoritas yang mengalami ODGJ berusia produktif.
“ODGJ berat ini berobat seumur hidup. Di Puskesmas obatnya gratis,” tuturnya.
Febri mengaku, ODGJ ada yang bisa disembuhkan, namun dukungan faktor lingkungan juga sangat memengaruhi.
Jika lingkungan tidak mendukung dan hobi tidak tersalurkan, bisa kembali halusinasi.
“Penangan ODGJ selain medis yaitu persuasif, pendekatan, itu juga faktor lingkungan. Ciri-ciri ODGJ ini bisa diketahui dari perilaku, kalau secara fisik tidak begeitu terlihat,” ungkapnya.
Baca Juga: Mengejutkan! Rizky Billar Bantah Perihal Perbuatannya dan Lakukan Pembelaan
Penanggungjawab Program Penanganan ODGJ pada Dinkes Kota Cilegon Bainatul mengatakan, pada 2022 ini ada penambahan data kasus ODGJ baru sebanyak 8 orang.
Sebelumnya ada 580 jiwa yang mengalami ODGJ.
“Saat ini ada 9 Dokter Spesialis Jiwa yang MoU (kerjasama) dengan kita, keliling melakukan pelayanan di 9 Puskesmas yang ada di Cilegon,” tuturnya.
Dalam setahun, kata Bainatul, satu Puskesmas dua kali didatangi Dokter Spesialis Jiwa untuk pemeriksaan ODGJ.
Baca Juga: Heboh Sosok Perempuan Berjoget di Atap Rumah Hingga Disangka Kuntilanak, Ternyata…
Namun, setiap bulan pasien ODGJ ini mengambil obat ke Puskesmas yang ada di Cilegon untuk pengibatan gratis.
“Adanya 76 ODGJ yang belum menjalani pengobatan gratis di Puskesmas lanyaran faktor ekonomi, tidak ada kendaraan untuk ke Puskesmas setiap bulannya, ada yang merasa tidak mengalami gangguan kesehaatan mental, padahal hasil skrining kita merupakan ODGJ,” tutupnya.***