BANTENRAYA.COM – Artikel ini akan memberikan penjelasan mengenai bagaimana proses terjadinya fenomena hujan meteor dan syarat untuk bisa melihatnya.
2 fenomena hujan meteor yakni hujan meteor Alpha-Capricornids dan Delta-Aquariids akan terjadi pada 29-31 Juli 2022.
Adapun hujan meteor ini akan terjadi di langit bumi bagian selatan sehingga Indonesia menjadi salah satu tempat terbaik untuk menyaksikannya.
Baca Juga: 18 Kode Promo Gojek Terbaru 18 Juli 2022, Untuk Layanan GoRide, GoCar, GoFood, GoShop Banjir Diskon
Peneliti Utama bidang Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin menjelaskan 2 hujan meteor akan terjadi pada waktu yang berdekatan.
Hujan meteor Alpha-Capricornids ini bisa diamati pada 30 – 31 Juli 2022 mulai pukul 20.00 WIB di ufuk timur.
“Hujan meteor ini berasal dari gugusan debu komet 169P/NEAT yang berpapasan dengan bumi,” ungkapnya dikutip Bantenraya.com dari laman BRIN, Senin 18 Juli 2022.
Baca Juga: Arti Lirik Lagu Sikok Bagi Duo dalam Bahasa Indonesia yang Sedang Viral di TikTok
Sementara Hujan meteor Delta Aquariids dapat diamati pada 29 – 30 Juli mulai pukul 23.00 WIB di ufuk timur.
“Hujan meteor ini menampilkan belasan meteor per jam. Debu-debu komet 96P/Machholz diduga menjadi sumber hujan meteor ini,” pungkasnya.
Dikutip dari starwalk.space, pada dasaranya fenormena hujan meteor sendiri terjadi saat bumi berpapasan dengan benda angkasa yang melintas serta debu batuan yang terbawa masuk ke dalam atmosfer bumi.
Baca Juga: Inilah sosok Roy Citayam Yang Menolak Beasiswa Dari Sandiago Uno, Pantas Aja Menolak Ternyata !
Bumi dan benda angka tersebut bisa saling berpapasan lantaran sama-sama mengorbit ke matahari.
Saat memasuki atmosfer bumi, debu komet ini terbakar dengan panas mencapai 1.650 derajat celcius dan nyaris semua habis terbakar.
Pada proses debu-debu terbakar ini yang kita saksikan sebagai hujan meteor di bumi.
Baca Juga: Profil Eduardo Almeida, Pelatih yang Sukses Bawa Arema Juara Piala Presiden Meski Awalnya Dihujat
Suara ledakan dari daratan bisa saja terdengar ketika hujan meteor terjadi yang berasal dari debu meteor dengan ukuran agak besar yang terbakar lebih lama dan terlihat seperti bola api.
Dan pada saat gugusan debu komet paling banyak terbakar secara bersamaan di atmosfer bumi, di momen itu hujan meteor mencapai puncaknya.
Fenomena hujan meteor juga merupakan peristiwa rutin dimana bisa terjadi setiap tahun akibar gerak revolusi yang terjadi.
Baca Juga: Spy x Family Season 2, Teka-teki Loid dan Yor Menjadi Musuh atau Kawan?
Akan tetapi, waktu puncak hujan meteor bisa berubah setiap tahunnya sebagai dampak dari dinamika orbit komet yang berpapasan dengan bumi.
Soal penamaan hujan meteor, hal itu diambil asal titik radian hujan meteor berdasarkan rasi bintang.
Misalnya hujan meteor Perseids disematkan karena meteor seolah-olah berasal dari arah rasi bintang Perseus.
Baca Juga: Sejarah Hari Anak Nasional yang Diperingati Setiap 23 Juli
Syarat untuk Bisa Melihat Hujan Meteor
Untuk bisa melihat meteor harus ada 3 syarat. Pertama cuaca langit cerah dan tidak mendung, kedua tidak terganggu polusi cahaya.
Jika ada warga Jakarta yang ingin melihat, jangan melihat dari tengah kota yang banyak cahaya lampu.
Syarat ketiga tidak ada penghalang, di bagian langit utara itu tidak ada pepohonan atau bangunan yang menghalangi. ***



















